Sabtu, 29 Desember 2012

cerita tentang zuhud dengan dunia

jihad adalah jalan juangku
KISAH PUTERA KHALIFAH HARUN AR RASYID ...

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Khalifah Harun Ar Rasyid rah.a mempunyai seorang putera sekitar enam belas tahun. Ia sering bergaul dengan para ahli zuhud dan tokoh-tokoh agama pada masa itu.

Ia sering mengunjungi tanah kuburan, duduk di tepi kubur dan berkata, "Ada masanya ketika kamu tinggal di dunia ini dan kamu sebagai tuannya, tetapi ternyata dunia tidak melindungimu dan nasibmu berakhir di kubur. Seandainya aku tahu apa yang engkau alami sekarang ini, tentu aku ingin mengetahui apa yang kamu katakan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepadamu."

Ia sering membaca syair :

Pemakaman menakutkanku setiap hari dan ratapan wanita-wanita yang berduka cita membuatku sedih.

Pada suatu hari, anak itu datang ke istana ayahnya Harun Ar Rasyid, yang sedang duduk bersama ajudan pribadinya, para pejabat dan tamu-tamu terhormat lainnya. Sedangkan puteranya itu berpakaian sangat sederhana, dengan sorban di kepalanya. Ketika orang-orang istana itu melihatnya demikian, mereka berkata, "Keadaan anak ini menghina Amirul Mukminin di hadapan para bangsawan, jika ia dapat memperingatkannya, mungkin anak itu akan menghentikan kebiasaannya."

Khalifah mendengar ucapan itu, maka ia berkata kepada anaknya, "Anakku sayang, engkau telah mempermalukanku di hadapan para bangsawan."

Anak itu tidak berkata sepatah katapun atas ucapan ayahnya. Bahkan ia memanggil seekor burung yang bertengger di dekat situ, "Wahai burung, aku memohon kepadamu, demi Dzat yang menciptakanmu, datanglah dan duduklah di atas tanganku."

Burung itu terbang menghampirinya dan hinggap di atas tangannya. Kemudian anak itu menyuruhnya terbang lagi, dan burung itu pun terbang lagi ke tempat semula. Kemudian ia berkata kepada ayahnya, "Ayahku sayang, sesungguhnya kecintaanmu kepada dunia inilah yang memalukan diriku. Aku telah memutuskan untuk berpisah denganmu." Setelah berkata demikian, ia pergi hanya berbekal Al Quran saja.

Ketika ia memohon pamit kepada ibunya, ibunya memberi sebuah cincin yang sangat indah dan mahal, (agar ia dapat menjualnya jika ia memerlukan uang). Anak laki-laki itu pergi ke Basrah, dan bekerja bersama para buruh. Namun ia hanya bekerja pada hari Sabtu saja. Dan ia gunakan upahnya sehari untuk satu minggu, dengan menggunakan (satu danaq) seperenam dirham setiap hari.

Kisah selanjutnya diceritakan oleh Abu Amir Bashri rah.a., ia berkata, "Pada suatu ketika, sebelah dinding rumahku roboh dan aku membutuhkan seorang tukang batu untuk memperbaikinya. Ada seseorang yang memberitahuku bahwa ada seorang anak laki-laki yang dapat mengerjakan pekerjaan tukang batu.

Maka akupun mencarinya. Di luar kota, aku melihat seorang pemuda tampan sedang duduk di tanah sambil membaca al Quran dengan sebuah tas di sisinya. Aku menanyainya, apakah ia mau bekerja sebagai buruh? Ia menjawab, "Tentu, kita telah diciptakan untuk bekerja. Pekerjaan apakah yang tuan inginkan untukku?"

Kukatakan bahwa aku membutuhkan seorang tukang batu untuk mengerjakan bangunan. Ia berkata, "Aku mau asalkan upahku satu dirham dan satu danaq sehari. Dan aku akan berhenti kerja dan pergi ke masjid bila tiba waktu shalat, kemudian kulanjutkan pekerjaan tersebut setelah shalat." Aku menyetujuinya.

Akhirnya ia ikut bersamaku dan mulai mengerjakan dinding itu. Pada sore harinya, aku kembali, dan aku sangat terkejut melihat bahwa ia telah melakukan pekerjaan seperti sepuluh orang tukang batu yang mengerjakannya. Akupun memberinya dua dirham. Tetapi ia menolak upah yang melebihi satu dirham dan satu danaq. Kemudian ia pergi hanya dengan upah yang telah disetujui.

Keesokan paginya, aku pergi lagi mencarinya, tetapi aku diberi tahu bahwa ia hanya bekerja pada hari Sabtu saja. Dan tiada seorangpun yang dapat menemukannya pada hari-hari lainnya. Karena aku sangat puas dengan pekerjaannya, maka kuputuskan untuk menunda pembangunan dindingku pada Sabtu depan. Pada hari Sabtu itu, aku mencarinya lagi dan kudapati ia di tempat yang sama sedang membaca al Quran sebagaimana biasa. Aku mengucapkan salam kepadanya, "Assalamu Alaikum."

"Wa Alaikumus Salam." Balasnya.

Ia bersedia bekerja lagi untukku dengan syarat yang sama. Ia pun ikut bersamaku dan mulai mengerjakan dinding itu lagi.

Disebabkan rasa heranku, bagaimana ia dapat mengerjakan pekerjaan sepuluh orang pekerja seorang diri seperti pada hari Sabtu yang lalu, maka akupun mengintipnya bekerja tanpa sepengetahuannya. Aku melihatnya dengan sangat takjub, bahwa ketika ia meletakkan adukan semen di dinding, maka batu-batu itu dengan sendirinya menyatu. Akhirnya aku sadar dan meyakini bahwa anak itu adalah kekasih Allah Swt. Sebagaimana hamba-hamba-Nya yang khusus saja yang mendapatkan pertolongan ghaib seperti itu dari Allah Swt.

Sore harinya, aku ingin memberinya tiga dirham, tetapi ia hanya mengambil satu dirham dan satu danaq kemudian pergi, sambil berkata, "Aku tidak membutuhkan lebih dari ini." Aku menunggu minggu berikutnya, lalu aku mencarinya pada Sabtu berikutnya, tetapi aku tidak berhasil menemukannya.

Aku bertanya kepada orang-orang. Ada seorang laki-laki memberitahuku bahwa anak itu sedang mengalami sakit selama tiga hari dan berbaring di tempat yang sepi. Kemudian aku membayar seseorang untuk mengantarkanku ke tempat itu. Setibanya di sana, ia sedang berbaring di atas tanah tak sadarkan diri. Kepalanya berbantalkan sepotong batu. Aku menyalaminya, tetapi ia tidak membalasnya.

Aku berkata, "Assalamu Alaikum." lebih keras lagi. Ia membuka matanya sedikit dan mengenaliku. Aku baringkan kepalanya di pangkuanku, tetapi ia kembali meletakkan kepalanya di atas batu, dan membaca beberapa syair. Dua diantaranya masih kuingat, berbunyi demikian :

"Wahai kawanku, janganlah engkau terpedaya dengan kemewahan dunia. Karena hidupku akan berlalu. Kemewahan hanyalah untuk sekejap mata. Dan bila engkau mengusung jenazah ke pemakaman, ingatlah suatu hari engkaupun akan diusung ke pemakaman."

Kemudian anak itu berkata kepadaku, "Abu Amir! Jika ruhku telah melayang, mandikanlah aku dan kafanilah aku dengan pakaian yang kupakai sekarang."

Sahutku, "Sayangku, aku tidak keberatan membelikan kain baru untuk kafanmu."

Ia berkata, "Orang yang masih hidup lebih menginginkan pakaian yang baru daripada yang mati."

Anak itu menambahkan, "Kafan (lama ataupun baru) akan segera membusuk. Yang tinggal dengan seseorang setelah kematian adalah amal perbuatannya. Berikan sorban dan kendi airku kepada penggali kuburku dan jika engkau telah memakamkanku, sampaikan al Quran dan cincin ini kepada khalifah Harun Ar Rasyid. Tolonglah agar langsung ke tangannya dan katakan kepadanya, "Benda-benda itu dipercayakan kepadaku oleh seorang lelaki asing yang memintaku untuk menyampaikannya kepada engkau dengan pesan, "Wahai ayah, perhatikanlah, jangan sampai engkau meninggal dalam kelalaian dan terpedaya oleh dunia."

Dengan kata-kata itu di bibirnya, anak itu meninggal dunia. Saat itu barulah kusadari bahwa anak itu adalah seorang pangeran.

Setelah wafat, akupun memandikannya, mengafaninya dan membaringkannya dalam kubur sesuai dengan pesannya. Lalu kuberikan sorban dan lothanya kepada penggali kuburnya. Kemudia aku pergi ke Baghdad untuk menyampaikan cincin dan al Quran kepada khalifah.

Sungguh beruntung, setibanya aku di sana, baru saja iringan khalifah keluar istana. Aku berdiri di sebuah tempat yang agak tinggi sambil memperhatikan pawai itu. Tidak lama kemudian keluarlah satu pasukan terdiri dari seribu orang berkuda, diikuti oleh sepuluh pasukan lagi yang masing-masing terdiri dari seribu orang berkuda.

Diantara pasukan yang terakhir, terlihatlah Amirul Mukminin, maka akupun langsung memanggilnya dengan berteriak, "Amirul Mukminin, aku mohon kepadamu, atas nama hubungan kekeluargaan dengan Rasulullah Saw., berhentilah sebentar."

Amirul Mukminin berhenti dan melihat sekeliling, lalu aku maju kedepannya dan menyerahkan kedua benda amanat dari almarhum putera pangeran itu, lalu aku berkata, "Benda-benda ini telah dipercayakan kepadaku oleh seorang pemuda asing yang kini telah meninggal dunia, ia berwasiat agar benda-benda ini disampaikan langsung ke tangan tuan."

Khalifah memandangi cincin dan al Quran itu sambil menundukkan kepalanya dengan sedih. Aku melihat air matanya mengalir, kemudian ia menyuruh pengurus istana untuk mengantarku ke istananya. Aku tinggal bersama pengurus istana itu.

Setelah khalifah kembali pada sore harinya. ia menyuruh agar tirai-tirai istana diturunkan, dan menyuruh pengurus istana agar agar membawaku ke hadapannya, kemudian ia berkata, "Lelaki itu hanya akan menimbulkan kesedihan bagiku."

Pengurus istana menemuiku dan berkata, "Amirul Mukminin memanggilmu, namun ingatlah, jiwanya sedang bergoncang. Jika engkau ingin mengatakan sesuatu dalam sepuluh kata, cobalah mengatakannya dengan lima kata saja."

Kemudian ia mengantarkanku ke kamar pribadi khalifah. Kulihat khalifah sedang duduk seorang diri, lalu ia menyuruhku untuk duduk di dekatnya. Ia bertanya kepadaku, "Apakah kamu mengenal anakku?"

Jawabku, "Ya."

Ia bertanya, "Apa saja yang ia lakukan untuk menafkahi hidupnya?"

Kukatakan bahwa ia bekerja sebagai tukang batu. Amirul Mukminin bertanya, "Apakah engkau juga pernah mempekerjakannya sebagai tukang batu?"

Aku berkata, "Ya, pernah kulakukan."

Amirul Mukminin berkata, "Apakah tidak terpikir olehmu, bahwa ia berhubungan keluarga dengan Rasulullah Saw.?" (Harun Ar Rasyid adalah keturunan Abbas r.a. paman Rasulullah Saw.)

Jawabku, "Wahai Amirul Mukminin! Pertama aku memohon ampun kepada Allah Swt. dan aku meminta maaf kepadamu, karena aku mengetahuinya setelah ia meninggal dunia."

Khalifah berkata, "Apakah engkau memandikannya dengan tanganmu sendiri?"

Aku berkata, "Ya."

Ia berkata, "Biarlah kusentuh tanganmu." Kemudian ia memegang tanganku ke dadanya dan mengusap-usap dadanya dengan tanganku, lalu ia membaca beberapa bait syair yang bunyinya :

"Wahai engkau yang menjauhkan dariku.
Hatiku larut dalam kesedihan atasmu.
Mataku mengalirkan air mata penderitaan.
Wahai engkau yang jauh pemakamannya.
Terlalu jauh. Kesedihanmu lebih dekat di hatiku.
Benar, kematian itu membingungkan kesenangan yang tertinggi di dunia.
Wahai anakku yang menjauh dariku.
Engkau bagai bulan yang tergantung di atas dahan perak.
Bulan telah menetap di kubur, sedang dahan perak menjadi debu."

Kemudian Harun Ar Rasyid memutuskan untuk pergi ke Basrah mengunjungi makam puteranya dan aku menemaninya. Ketika berdiri di sisi makam puteranya, Harun Ar Rasyid membaca syair berikut ini :

"Wahai pengembara ke alam yang tidak diketahui.
Tidak akan engkau kembali ke rumah.
Kematian telah merengutmu di awal masa remajamu.
Wahai penyejuk mataku, engkaulah pelipur laraku.
Kediaman hatiku, di kesunyian.
Engkau telah merasakan racun kematian.
Yang seharusnya ayahmulah yang minum di usia tuanya.
Sungguh setiap orang akan merasakan kematian.
Apakah ia seorang pengembara atau penduduk kota.
Segala puji bagi Allah Yang Esa. Yang tidak mempunyai sekutu.
Karena ini adalah bukti dari keputusannya."

Pada malam berikutnya setelah menunaikan kebiasaan ibadah harianku, dalam tidurku aku bermimpi melihat sebuah istana berkubah penuh nur. Di atasnya ada awan dari nur yang menaunginya. Dari awan nur itu keluarlah suara almarhum pemuda itu yang berkata, "Abu Amir, Semoga Allah Swt. menganugerahimu pahala terbaik."

Aku bertanya kepadanya, "Sahabatku, apa yang telah engkau alami di alam sana?"

Ia berkata, "Aku telah diakui di hadapan Tuhanku Yang Maha Pemurah dan Yang merasa senang denganku. Ia telah memberiku karunia yang mata tidak pernah melihatnya, telinga tidak pernah mendengarnya dan akal tidak dapat memikirkannya."

Abdullah bin Mas’ud r.a. berkata, "Di dalam Taurat tertulis bahwa Allah Swt. menyiapkan suatu karunia bagi mereka yang meninggalkan tempat tidurnya untuk menangis kepada Tuhan mereka (dalam shalat Tahajjud) yang tidak pernah mata melihatnya, tidak pernah telinga mendengarnya, tidak pernah terpikirkan oleh akal seseorang dan tidak ada seorangpun atau malaikat yang mengetahuinya, dan tidak pernah diketahui oleh siapapun. Allah Swt. berfirman di dalam al Quran :
AsSajdah

"Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan." (As Sajdah ayat 17)

Kemudian arwah pemuda itu berkata kepadaku (dalam mimpi), "Allah Swt. telah berjanji kepadaku, bersumpah demi keagungan-Nya. bahwa Ia akan menganugerahi kehormatan dan karunia semacam itu kepada semua yang keluar dari dunia seperti aku, tanpa ternodai olehnya"

Penulis Raudh berkata bahwa kisah ini juga telah sampai kepadanya melalui periwayat yang lain. Ditambahkan dalam riwayat ini bahwa seseorang bertanya kepada Harun Ar Rasyid mengenai puteranya. Ia berkata, "Puteraku dilahirkan sebelum aku diangkat sebagai khalifah. Ia diasuh dan diajarkan adab dan sopan santun dengan sangat baik. Ia telah mempelajari al Quran dan ilmu-ilmu agama lainnya.

Tetapi ketika aku diangkat menjadi khalifah, ia meninggalkanku dan pergi. Kebesaran duniawiku tidak memberikan kesenangan dalam hidupnya. Dan ia tidak ingin memanfaatkannya sedikitpun. Ketika ia akan pergi, aku meminta ibunya agar memberinya sebuah cincin mutiara yang indah. Namun ia menolak memakainya dan mengirimnya kembali sebelum ia wafat. Anak itu sangat patuh kepada ibunya." (Raudh)

Harun Ar Rasyid rah.a, -yang puteranya tidak menyukai dunia- terkenal sebagai khalifah yang sangat shaleh dan budiman. Biasanya, jika seseorang memilki kekuasaan dan harta kekayaan, suka tergelincir dalam perbuatan-perbuatan buruk, tetapi sejarah membuktikan bahwa ia banyak terjun dalam hal agama.

Selama masa kekhalifahannya, ia shalat nafil seratus rakaat setiap hari hingga wafatnya. Ia suka bersedekah dari saku pribadinya seribu dirham setiap hari. Ia juga memimpin pasukan jihad dan beribadah haji dua tahun sekali.

Apabila beribadah haji, ia membawa seratus alim ulama dan putera mereka bersamanya. Dan pada tahun-tahun ia berjihad, ia akan mengirim tiga ratus orang rakyatnya untuk pergi haji. Ia menanggung biaya-biaya perjalanan, makanan dan pakaian mereka. Ia memberikan pelayanan dan pakaian yang terbaik untuk mereka. Ia pun biasa memberi hadiah kepada siapapun yang meminta pertolongannya, dan menolong siapapun atas kehendaknya tanpa diminta. Ia sangat mencintai alim ulama, yang mendapat penghormatan tersendiri di istananya.

Suatu ketika, muhaddits terkenal Abu Muawiyah ad Dharir (bermakna yang buta) makan bersama Harun Ar Rasyid. Setelah makan, ketika ulama buta itu berdiri untuk mencuci tangannya, khalifah langsung mengucurkan air ke atas tangannya., dan berkata bahwa ia melakukan itu karena penghormatannya kepada ilmunya.

Abu Muawiyah ad Dharir rah.a. berkata, "Suatu ketika, pada saat aku menceritakan kepadanya tentang hadits Rasulullah Saw. tentang perdebatan antara Adam a.s. dan Musa a.s. ada seseorang laki-laki yang duduk di dekatnya berkata, "Di mana mereka telah bertemu?"

Mendengar hal ini, Harun Ar Rasyid langsung berseru marah, "Mana pedangku? Biar kupenggal leher orang zindiq ini. Ia berani membantah hadits Rasulullah Saw.?"

Dan Harun Ar Rasyid sering menangis keras bila ada nasehat yang ditujukan kepadanya. (Sejarah Baghdad- Al Khatib).

Wallahu a’lam bish-shawab ...
Barakallahufikum ....

Salam Terkasih ..
Dari Sahabat Untuk Sahabat ...

... Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci ...

Jumat, 16 November 2012

Wasiat As syahid Abdullah 'Azzam

WASIAT HAMBA ALLAH YANG FAQIR DI HADAPAN ALLAH AS SYAHID ABDULLAH ‘AZZAM
Foto: ‎Wasiat As syahid Abdullah 'Azzam 

WASIAT HAMBA ALLAH YANG FAQIR DI HADAPAN ALLAH AS SYAHID ABDULLAH ‘AZZAM 

Suatu sore, senin 12 Sya’ban 1406 H. bertepatan dengan 20 April 1986 M. sepulang dari rumah kediaman syeikh Jalaluddien Haqqoni, kutulis kata-kata ini : 

Segala puji bagi Allah, hanya kepada-Nya kita memuji, memohong pertolongan, memohon ampunan, serta memohon perlindungan dari kejahatan jiwa kita dan keburukan amal perbuatan kita. Barangsiapa yang diberi peunjuk oleh Allah, maka tiada seorang pun yang dapat menyesatkannya. Dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka tiada seoarang pun jua yang bisa memberi petunjuk kepadanya. 

Aku bersaksi bahwa tiada Ilah selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. 

Ya Allah ! Tiada kemudahan selain yang telah Engkau jadikan mudah, dan jika Engkau berkehendak, niscaya kesedihan akan Engkau jadikan kemudahan. 

Kecintaan kepada jihad benar-benar telah melekat pada diri dan hidupku, jiwa dan perasaanku, serta hati dan inderaku. 

Ayat-ayat muhkamat dalam surat at taubah yang menerangkan kewajiban jihad dalam Islam, benar-benar telah memeras kesedihan hatiku untuk mencabik-cabik jiwaku dengan duka, sedangkan aku sadar akan kekuranganku dan kekurangan kaum muslimin terhadap kewajiban jihad di jalah Allah ini. 

Ayat tentang kewajiban mengangkat pedang telah memansukh (menghapus) lebih kurang 120 atau 140 ayat sebelumnya yang berbicara tentang jihad. Ini benar-benar merupakan bantahan yang telak dan jawaban yang tuntas bagi orang yang mau bermain-main dengan ayat-ayat Allah yang berkenaan dengan perang di jalan Allah. Juga buat orang yang begitu berani mentakwilkan ayat-ayat muhkamat atau berani membelokkan arti dhohir yang qoth’ie baik maksud maupun keabsahannya. 

Diantara ayat-ayat yang berkaitan dengan kewajiban melaksanakan jihad tersebut adalah : 


وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَآفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَآفَّةً وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ 

“ ….. dan perangilah musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka memerangi semuanya; dan ketahuilah bahwasannya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa “. (QS. 9:36). 


فَإِذَا انْسَلَخَ اْلأَشْهُرُ الْحُرُمُ فَاقْتُلُوا الْمُشْرِكِيْنَ حَيْثُ وَجَدْتُمُوْهُمْ وَخُذُوْهُمْ وَاحْصُرُوْهُمْ وَاقْعُدُوْا لَهُمْ كُلَّ مَرْصَدٍ فَإِنْ تَابُوْا وَأَقَامُوا الصَّلاَةَ وَءَاتَوُا الزَّكَاةَ فَخَلُّوْا سَبِيْلَهُمْ إِنَّ اللهَ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ 


“ Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyirikin di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian. Jika mereka bertaubat dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang “. (QS. 9:5). 

Mencari-cari alasan untuk tidak berjihad dengan alasan yang bermacam-macam akan mengotori jiwa. Maka merelakan diri untuk tidak berjihad fie sabilillah merupakan sendau gurau dan main-main bahkan mempermainkan agama Allah. Padahal kita diperintahkan berpaling mengjauhi orang-orang seperti mereka, sesuai firman Allah : 

وَذَرِ الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَهُمْ لَعِبًا وَلَهْوًا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا 

“ Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikabn agama mereka sebagai main main dan sendau gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia “. ( QS. Al An’am : 70). 

Sesungguhnya mencari-cari alasan dengan angan-angan tanpa melakukan i’dad adalah kondisi jiwa yang kerdil yang tiada punya semangat merengkuh puncak gunung. 

“ Jika semua itu memang jiwa yang besar bersusah payahlah badan karena cita-citanya “. 

Duduk-duduk berdampingan di masjidil Harom dan memakmurkannya dengan berbagai amal ibadah tidak mungkin dapat dibandingkan dengan jihad di jalan Allah. Dalam hadits shohih muslim diriwayatkan, ketika para shahabat berselisih pendapat tentang amal yang paling utama sesudah iman, “ Memakmurkan Masjidil Harom (adalah amalan yang paling utama) “.Yang lain berkata, “ Bukan ! Tapi (amalan yang paling utama adalah) memberi minuman orang-orang yang beribadah haji “. Yang lain lagi berkata, “ Bukan ! Tapi jihad di jalan Allah “. 

Dengan adanya peristiwa itu maka turunlah ayat 19 hingga 22 surat At Taubah. 

أَجَعَلْتُمْ سِقَايَةَ الْحَآجِّ وَعِمَارَةَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ كَمَنْ ءَامَنَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلأَخِرِ وَجَاهَدَ فِي سَبِيلِ اللهِ لاَيَسْتَوُونَ عِندَ اللهِ وَاللهُ لاَيَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ {19} الَّذِينَ ءَامَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِندَ اللهِ وَأُوْلاَئِكَ هُمُ الْفَآئِزُونَ {20} يُبَشِّرُهُمْ رَبُّهُم بِرَحْمَةٍ مِّنْهُ وَرِضْوَانٍ وَجَنَّاتٍ لَّهُمْ فِيهَا نَعِيمُُ مُّقِيمٌ {21} خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا إِنَّ اللهَ عِندَهُ أَجْرٌ عَظِيمُُ {22} 

“ Apakah (orang-orang) yang memberi minuman kepada orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidil haram, kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta berjihad di jalan Allah. Mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada kaum yang zhalim. Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapatkan kemenangan. Rabb mereka mengembirakan mereka dengan memberikan rahmat daripada-Nya, keridhoan dan jannah, mereka memperoleh di dalamnya kesenangan yang kekal. Mereka kekal di dalanya selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar “. (QS. 9:19-22) 

Jadi, jelaslah bahwa jihad di jalan Allah itu lebih besar derajat dan pahalanya dibanding memakmurkan Masjidil Harom, khususnya kalau dilihat dari sebab turunnya ayat, yaitu adanya perselisihan pendapat di antara para shahabat seputar masalah ini. 

Asbabun Nuzul (sebab turunnya) ayat ini tidak boleh dikhususkan untuk masalah lain, atau dita’wilkan (dipahami dengan arti jihad yang lain, umpamanya jihad melawan hawa nafsu – pent.) sebab di dalam nash tersebut sudah terdapat makna yang qoth’i. 

Dan semoga Alloh merahmati Abdulloh ibnul Mubarok. Suatu ketika beliau berkirim surat kepada Al Fudzail bin ‘Iyadl, ia berkata : 

“ Wahai orang yang beribadah di Masjid Haromain Seandainya engaku mengerti keadaan kami tentu engkau tahu bahwa Engkau bermain-main dengan ibadah itu Kalau orang pipinya dilinangi genang air mata Maka pangkal leher kami dilumuri darah yag tertumpah “ 

Tahukah anda pendapat seorang yang ahli fiqih, ahli hadits dan sekaligus mujahid ini (yaitu Abdullah bin Mubarok) tentang orang yang duduk-duduk bersanding di Masjid Harom, beribadah di dalamnya, sedang saat-saat yang sama tempat-tempat suci Islam dihancurkan, darah kaum muslimin ditumpahkan, kehormatan mereka diinjak-injak dan dihinakan serta Agama Allah dicabut sampai akar-akarnya ! Saya katakan bahwa beliau berpendapat, “…. Itu adalah bermain-main dengan Agama Allah ….. “. 

Benar, membiarkan kaum mulimin dibantai, dibunuh dengan semena-mena – disuatu negeri nun jauh di sana – sedangkan kita hanya membaca Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Roji’un dan Laa Haula Wa Laa Quwwata Illa Billahil ‘Aliyyil ‘Adzim sambil membuka telapak tangan kita dari jarak jauh tanpa terdetik di hati kita untuk tampil membela mereka, sungguh ini adalah bermain-main dengan agama Allah serta mengumpatkan kedustaan dan kebekuan hati serta menipu diri sendiri. 

“ Bagaimana tetap tinggal diam, dan bagaimana hati seorang muslim tetap tenang sedang kaum muslimat bersama musuh yang kejam “. 

Saya berpendapat – seperti yang telah saya tuliskan dalam kitab Ad Difa’ ‘An Arodhil Muslimin ahammu Furudhul a’yan (Terj. Membela Bumi Kaum Muslimin Adalah Fardhu Ain yang Paling Utama)- Dan sebelum saya berpendapat seperti ini Ibnu Taimiyah telah berpendapat seperti ini. Beliau mengatakan bahwa jika musuh menyerang dan membinasakan seluruh urusan Dien dan dunia, maka tidak ada saat itu yang paling wajib setelah iman selain melawan mereka. 

Saya berpendapat – sekarang ini – tidak ada bedanya antara orang yang meninggalkan jihad dengan orang yang meninggalkan sholat, puasa dan zakat ? 

Saya berpendapat semua penghuni dunia memikul tanggung jawab di hadapan Allah kemudia dihadapan sejarah. 

Saya berpendapat tidak ada alasan yang bisa diterima untuk meninggalkan jihad, baik alasan berda’wah, sibuk mengarang, sibuk mendidik dan sebagainya. 

Saya berpendapat di atas leher setiap muslim di dunia ini sekarang ini terikat beban dan tanggung jawab disebabkan mereka meninggalkan jihad (perang di jalan Alloh). Dan semua orang Islam telah memikul dosa karena enggan memanggul senjata. 

Jadi, setiap orang yang berjumpa dengan Alloh – selain ulid dzhoror – sedangkan tidak ada senjata ditangannya, ia berjumpa Alloh dengan menanggung dosa karena dia meninggalkan perang. Karena hukum perang sekarang ini adalah fardhu ‘ain bagi setiap muslim di muka bumi – selain orang-orang yang mempunyai udzur- . Sedangkan orang yang meninggalkan kewajiban itu berdosa karena kewajiban itu definisinya adalah perbuatan yang pelakunya mendapat pahala dan orang yang meninggalkannya akan dihisab atau berdosa. 

Sesungguhnya saya berpendapat – wallohu a’lam – sesungguhnya orang yang dimaafkan Alloh dalam meninggalkan jihad adalah orang buta, orang pincang, orang sakit dan orang-orang lemah dari kalangan laki-laki, perempuan dan anak-anak yang tidak bisa berupaya dan tidak tahu jalan. Maksudnya tidak bisa berpindah ke medan perang dan tidak tahu jalan menuju ke sana. Maka berdosalah orang-orang yang meninggalkan tugas perang, baik di Palestina atau Afghanistan atau di belahan bumi manapun yang diinjak dan dinodai oleh orang-orang kafir dengan najisnya. 

Dan saya berpendapat pada hari ini tidak diperlukan lagi ijin kepada siapapun untuk berperang atau berjihad di jalan Allah tidak perlu ijin orang tua bagi anaknya, suami bagi istrinya, atau orang yang menghutangi bagi orang yang berhutang, guru bagi muridnya, serta ijin pemimpin bagi yang dipimpinnya. 

Ini adalah ijma’ seluruh ulama di segala zaman. Bahwa dalam keadaan seperti ini seorang anak pergi berperang tanpa ijin orang tuanya dan seorang perempuan pergi berperang tanpa ijin suaminya, barangsiapa berusaha mencari-cari kesalahan dalam permasalahan ini benar-benar ia telah melampaui batas dan berbuat zalim, serta mengikuti hawa nafsu tanpa berdasarkan petunjuk dari Allah. 

Masalah ini sudah cukup gamblang dan tegas yang di dalamnya tiada lagi kekaburan atau kerancuan. Karena itu tidak ada peluang bagi siapa pun untuk membelokkan, menyelewengkan, atau bermain-main dengannya dan menta’wilkannya. 

Sesungguhnya amiirul mu’minin tidak dimintai ijin untuk berjihad dalam tiga keadaan : 

1. Bila ia menihilkan jihad 

2. Bila ia menutup perijinan untuk berjihad 

3. Bila sebelumnya kita telah ketahui bahwa ia akan menolak permohonan ijin. 

Saya berpendapat bahwa kaum muslimin pada hari ini bertanggung jawab atas setiap kehormatan yang dinodai di Afghanstan dan sertiap darah yang tercucur di sana. Sesungguhnya – wallohu a’lam – mereka semuanya berperan dalam menumpahkan darah di Afghanistan sebab mereka kurang memperhatikan, sedangkan kaum muslimin mampu mengirim senjata untuk membela mereka, atau dokter untuk mengobati mereka, atau harta untuk membeli makanan atau buldoser untuk menggalikan parit perlindungan bagi mereka. 

Dalam Hasyiyah Ad Dasyuki As Syarkhil Kabir halaman 111 – 112 juz II diterangkan : 

“ Orang yang memiliki kelebihan makanan dan melihat seseorang kelaparan (tapi) ditinggalakan sampai mati, kalau orang yag memiliki makanan itu mengira orang yang kelaparan itu tidak mati, maka ia harus mambayar diyatnya (denda) dari harta kerabatnya. Dan kalau sengaja membiarkan mati maka ada dua riwayat dalam madzhab (pertama) dia harus membayar diyat dari hartanya sendiri, dan (pendapat kedua) dia harus diqishos mati, karena dia (hakikatnya) adalah pembunuh “. 

Maka, hisab dan siksa macam apakah yang sedang dinanti oleh orang-orang yang memiliki kekayaan dan harta benda, lalu ia salurkan harta tersebut untuk bersenang-senang dan membelanjakan sia-sia hanya demi menuruti hawa nafsu dan kemewahan itu ? 

WAHAI KAUM MUSLIMIN 

Hidup kalian adalah jihad, kemuliaan kalian adalah jihad, serta wujud dan eksistensi kalian terikat erat dengan jihad. 

WAHAI PARA JURU DAKWAH ! 

Tiada arti dan nilai hidup kalian jika kalian tidak mengayunkan pedang untuk membabat kesuburan para thoghut, kaum kuffar dan para penindas. 

Sesungguhnya orang-orang yang mengira bahwa Islam ini bisa menang tanpa jihad dan perang, tanpa pertumpahan darah dan serpihan-serpihan daging mereka, sebenarnya mereka itu dalam kekaburan dan tidak mengerti tabiat naluri Dinul Islam. 

Wibawa para juru dakwah, kekuatan dakwah dan kejayaan kaum muslimin tidak bakal terwujud tanpa perang. 

Rosulullah shollAllahu ‘alaihi wasallam bersabda : 


وَلَيَنْزِعَنَّ اللهُ مِنْ قُلُوبِ أَعْدَاءِكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللهُ فِي قُلُوبِكُمُ الْوَهْنَ قَالُوا وَمَا الْوَهْنُ يَا رَسُولَ اللهِ ؟ قَالَ : حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ. وَفِي رِوَايَةٍ كَرَاهِيَةُ الْقِتَالِ 

“ Dan benar-benar Allah akan mencabut rasa takut dari musuh-musuh kalian, dan melemparkan penyakit wahn ke dalam hati kalian ! para shahabat bertanya : Apakah penyakit wahn itu ya Rosul Allah ! beliau menjawab : “ Cinta dunia dan benci dengan kematian “. Dalam riwayat lain, “ benci dengan peperangan “. 

Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman : 

فَقَاتِلْ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ لاَ تُكَلَّفُ إِلاَّ نَفْسَكَ وَحَرِّضِ الْمُؤْمِنِيْنَ عَسَى اللهُ أَنْ يَكُفَّ بَأْسَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَاللهُ أَشَدُّ بَأْسًا وَاَشَدُّ تَنْكِيْلاً 

“ Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. Kobarkanlah semangat para mukmin (untuk berperang). Mudah-mudahan Allah menolak serangan orang-orang yang kafir itu. Allah amat besar kekuatan dan amat keras siksaan(Nya) “. (QS. 4:84). 

Kemusyrikanpun akan merajalela dan berjaya jika tidak ada perang. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : 

وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لاَتَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ كُلُّهُ للهِ 

“ Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah ”. (QS. Al Anfal : 39). 

Dan yang dimaksud dengan fitnah di sini adalah kemusyrikan. 

Sesungguhnya jihad merupakan jaminan satu-satunya bagi kebaikan di permukaan bumi ini. 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : 

وَلَوْلاَ دَفْعُ اللهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَّفَسَدَتِ اْلأَرْضُ 
“ Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian manusia dengan sebagaian yang lain, pasti rusaklah bumi ini ”. (QS. Al Baqoroh : 251). 

Sesungguhnya jihad juga merupakan jaminan satu-atunya guna memelihara syi’ar-syi’ar dan tempat-tempat peribadahan : 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : 

وَلَوْلاَ دَفْعُ اللهِ النَّاسَ بَعْضَهُم بِبَعْضٍ لَّهُدِّمَتْ صَوَامِعُ وَبِيَعٌ وَصَلَوَاتٌ وَمَسَاجِدَ يُذْكَرُ فِيهَا اسْمُ اللهِ كَثِيرًا 

“ Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah ”. (QS. Al Haj : 40). 

WAHAI PARA JURU DAKWAH ISLAM ! 

Gandrungi dan kejarlah kematian, nisacaya kalian akan dikaruniai kehidupan. Janganlah terpedaya oleh angan-angan, dan janganlah tertipu oleh apapun dalam mentaati Alloh. 

Janganlah kalian sampai tertipu dengan kitab-kitab yang kalian baca, dan dengan ibadah-ibadah sunnah yang kalian tekuni. Kesibukan kalian dalam urusan-urusan kecil yang membuai hati jangan sampai melupakan kalian dari masalah-masalah yang besar dan agung, 

وتودون أن غير ذات الشوكة تكون لكم... 

…dan kalian menginginkan bahwa yang tanpa senjatalah yang akan kalian hadapi… 

Janganlah kalian mentaati siapapun dalam urusan jihad. Tidak perlu ijin dari komandan untuk pergi berjihad. Sesungguhnya jihad itu adalah penegak dakwah kalian dan benteng agama kalian serta perisai syari’at-syari’at kalian. 

WAHAI ULAMA ISLAM ! 

Tampillah memimpin generasi yang sedang kembali kepada jalan Robnya ini, dan janganlah takut menegakkan Dien, janganlah gandrung dan cinta kepada dunia serta jagalah diri kalian, jangan sampai mencicipi hidangan-hidangan thoghut, karena hal itu akan menjadikan hati kalian gelap dan mati, akan menjadi dinding pemisah bagi kalian dari generasi ini, serta penutup antara hati kalian dan hati mereka. 

WAHAI KAUM MUSLIMIN ! 

Telah lama tidur kalian. Burung-burung pipit telah menjelma menjadi burung-burung Elang di bumi kalian. Alangkah indahnya makna bait-bait puisi ini : 
“ Kian panjang tidur terlena dalam kehinaan dimanakah gerangan barisan singa itu sementara burung-burung pipit telah menjelma menjadi Elang sedangkan kita terbelenggu bagai budak belenggu budak itu berupa buhul nestapa bukannya rantai dari besi lalu, kapan kita berontak belenggu itu ? kapan kita berontak belenggu itu?! 

WAHAI KAUM WANITA ! 

Jagalah diri kalian dari kemewahan, karena kemewahan adalah musuh jihad. Kemewahan mengkerdilkan jiwa manusia. Hati-hatilah terhadap keadaan yang berlebih-lebihan. Cukuplah dengan yang perlu-perlu saja. 

Didiklah anak-anak kalian dengan kesederhanaan, dengan sifat kejantanan dan kepahlawanan serta kemauan untuk berjihad. Jadikanlah rumah kalain sebagai kandang singa, bukannya kandang ayam yang setelah gemuk dijadikan sembelihan penguasa durhaka. Tanamkanlah dalam jiwa putra-putri kalian kecintaan berjihad, mencintai lapangan pacuan kuda dan medan-medan pertempuran. 

Hiduplah dengan selalu menyertai segala kesulitan kaum muslimin. Usahakan dalam satu minggu sekali – minimal – untuk hidup seperti hidupnya kaum muhajirin dan mujahidin, yaitu hanya dengan sepotong roti kering dengan lauk yang tidak berlebihan dan beberapa teguk air teh. 

WAHAI PARA REMAJA ! 

Tumbuhlah kalian dalam desingan peluru-peluru, dentuman meriam, raungan kapal terbang dan deru suara tank. Jauhilah kenikmatan hidup, dendangan musik dan kasur-kasur yang empuk. 

ADAPUN ENGKAU WAHAI ISTRIKU ! 

Sebenarnya banyak hal yang ingin aku sampaikan kepadamu wahai ummu Muhammad. Semoga Allah melimpahkan balasan pahala kepadamu karena pengorbananmu kepadaku dan kepada kaum muslimin, juga karena dukunganmu kepadaku. Eangkau telah lama bersabar bersamaku menempuh jalan ini, dan engkau telah merasakan pahit dan manisnya hidup bersamaku. Dan engkau adalah sebaik-baik penolong bagiku dalam menempuh perjalanan yang penuh berkah ini, dan untuk berjuang di medan jihad. Engkau telah kutinggalkan di rumah sejak tahun 1969 M., pada saat itu kita baru mempunyai dua anak kecil perempun dan seorang bayi laki-laki. Engkau hidup di sebuah kamar yang terbuat dari tanah liat yang tidak ada dapur dan perabotnya. Dan kutinggalkan engkau dirumah ketika hamil tua dan bertambah anggota keluarga, anak-anak sudah mulai besar, dan semakin banyak kenalan kita dan semakin bertambah pula tamu-tamu kita. Engkau terima semua itu hanya karena Alloh kemudian karena aku. Maka semoga Alloh membalas jasamu terhadap diriku dan terjadap kaum muslimin dengan sebaik-baik balasan. Kalau bukan karena Allah, kemudian karena kesabaranmu atas kepergianku yang sekian lama dari rumah, tidaklah aku mampu memikul beban begitu berat sendirian. 

Benar-banar aku telah mengerti bahwa engkau seorang wanita zahidah (ahli zuhud), bagimu materi dunia ini tidak ada nilainya dalam hidupmu. Engakaupun tidak pernah mengeluh pada hari-hari yang berat karena sedikitnya uluran tangan pertolongan. Dan engkau pun tidak pernah bermewah-mewah juga tidak membanggakan diri pada hari-hari Allah membukakan sedikit pintu kenikmatan dunia. Dinia ini tidak pernah tinggal dalam hatimu, padahal sebagian besar kesempatan ada di tanganmu. 

Sesungguhnya kehidupan jihad adalah kehidupan yang paling lezat, serta menahan sabar atas kesempitan lebih indah daripada bergelimang diantara bermacam-macam kenikmatan dan tumpukan kemewahan. 

Berpegang teguhlah pada sifat zuhud, niscaya Allah akan mencintaimu. janganlah mencintai apa yang dimiliki manusia, niscaya manusia mencintaimu. 

Al Qur’an adalah kenikmatan hiburan dalam kehidupan. Bangun sholat malam (tahajud), puasa sunnah, serta beristighfar pada waktu-waktu sahur (sepertiga malam terakhir) menjadikan hati lembut, beribadah menjadi manis. Bersahabat dengan orang-orang yang baik, tidak berlebih-lebihan di dunia, jauh dari glamour dan orang-orang yang sibuk dengan dunia semua itu akan menjadikan hati tenang.. 

Harapan kita hanya kepada Allah, mudah-mudahan kita dikumpulkan di Jannah Firdaus, sebagaimana Dia telah mengumpulkan kita di dunia. 

ADAPUN KALIAN WAHAI ANAK-ANAKKU ! 

Sungguh kalian hanya mendapatkann sedikit saja dari waktuku, juga hanya sedikit pendidikan dariku. 

Ya ! aku sibuk dan tidak sempat mengurus kalian. Tapi apakah yang harus aku perbuat, sedangkan bencana yang menimpa kaum muslimin seakan membuat wanita yang menyusui tak ingat akan nasib susuannya. Dan malapetaka yang menyiksa umat Islam begitu dahsyat seolah-olah jambul anak-anak muda beruban karenanya. 

Demi Allah, tak kuat aku hidup bersama kalian sebagaimana induk ayam dalam sangkarnya hidup bersama anak-anaknya. Tak sanggup aku hidup dengan hati dingin sedangkan api ujian membakar hati kaum muslimin tak rela aku tinggal besama kalian sepanjang waktu sedangkan derita dan kaum muslimin merobek-robek setiap orang yang memiliki hati nurani atau masih tersisa akalnya. Tidaklah kesatria hidup diantara kalian sambil bergelimang dengan kenikmatan yang sebagian dihamparkan untukkku dan sebagian lagi diangkat, diantara tumpukan daging dan beraneka ragam jajanan. 

Demi Allah, dalam hidupku aku telah membenci kemewahan baik berupa pakaian, makanan, ataupun tempat tinggal. Aku telah berusaha semampuku untuk mengangkat kalian kepada tingkatan para zahidin (ahli zuhud) dan menjauhkan kalian dari gelimangan orang-orang yang hidup dalam kemewahan. 

Aku wasiatkan kepada kalian berpeganglah pada aqidah kaum salaf, yaitu aqidah ahlus sunnah wal jama’ah, dan jauhilah sifat berlebih-lebihan. Aku wasiatkan kepada kalian, untuk membaca dan menghafalkan Al-Qur’an. Jagalah juga lidah kalian. Begitu juga sholat malam, berpuasa, bergaul dengan teman-teman yang baik, dan bergabunglah bersama gerakan Islam. Tapi hendaklah kalian ketahui bahwa pemimpin gerakan itu tidak berhak melarang kalian berjihad, atau mengasikkan kalian dalam bidang dakwah hingga melalaikan dari medan-medan kejantaan dan medan-medan perang. Kalian tidak perlu minta ijin kepada seorang pun untuk berjihad di jalan Allah. 

Belajarlah bagaimana menghentakkan senjata dan mengendarai kendaraan perang. Tapi, menembak lebih aku sukai. 

Aku wasiatkan kepada kalian, wahai anak-anakku agar kalian taat kepada ibumu, menghormati kakak-kakak perempuanmu (ummu Al Hasan dan ummu Yahya). Hendaklah kalian menekuni ilmu syari’ah yang bermanfaat. Hendaklah kalian taat kepada kakak laki-lakimu (Muhammad). 

Saya nasehatkan kalian untuk saling mencintai dan berbakti kepada kakek dan nenek kalian, hormatilah keduanya. Dan berbaktilah kepada kedua bibimu (ummu faiz dan ummu Muhammad). Karena kedua beliau itu memiliki jasa dan keutamaan besar kepadaku sesudah Allah. 

Sambunglah kekerabatan kita dan berbuat baklah kepada keluarga dan tunaikanlah hak persahabatan kita kepada orang yang bersahabat dengan kita 

ADAPUN KEPADA MAKTAB AL-KHIDMAT 

(Pada aslinya tertulis: “Saya wasiyatkan agar yang menjadi penanggung jawab setelahku adalah Abu Hudzaifah yang telah menghabiskan waktu mudanya untuk maktab ini. Khususnya dia telah menyumbangkan hartanya untuk para mujahidin. [Pada teks aslinya tidak tertulis “Wakilnya” adalah] Abu Sayyaf Fat-hi dan dibantu oleh Abu Hamzah dan Abu Hajir. Namun Syaikh Abdulloh Azzam mencoret tulisan ini. Lihat aslinya) 

Dan kepada ikhwah sekalian, hendaknya mereka menjaga orang-orang yang menjadi pendahulu dalam berjihad ini, dan setiap mujahid mendapat keutamaan dengan lebih cepatnya dia berada dalam medan perang ini. Dan kepada para ikhwah hendaknya mereka menghormati para pendahulu mereka dalam jihad ini, khususnya (pada teks aslinya tertulis: Abu Hudzifah, namun Syaikh Abdulloh Azzam mencoret dengan penanya. Lihat aslinya) Usamah, Abul Hasan Al-Madani, Nurud Din, Abul Hasan Al-Maqdisi, Abu Sayyaf Dan Abu Burhan. Adapun Abu Mazin sungguh saya mengetahuinya (dalam teks aslinya tertulis; Wallohi [demi Alloh] namun Syaikh Abdulloh Azzam mencoretnya dengan penanya) dia adalah orang yang lebih bersih dari air yang turun dari langit. Dia ahli puasa, sholat malam dan bersemangat dalam berjihad. Alloh menggiringnya untuk jihad maka dia membantu dengan diam-diam. (dalam teks aslinya tertulis: “meskipun orang-orang mempeributkannya dan kalian jangan terpedaya dengan mereka” namun Syaikh Abdulloh Azzam mencoretnya dengan penanya. Lihat aslinya) dan dia adalah salah satu penopang jihad. 

Tundukkanlah pandangan kalian dari ketergelinciran-ketergelinciran mereka dan jagalah posisi mereka. Dan jangan kalian lupakan keutamaan Abul Hasan Al-Madani dan perannnya dalam membantu jihad. Terimalah nasehat-nasehat Abu Hajir. Dan hendaknya dia yang mengimami sholat kalian karena dia itu lembut dan khusyu’ (pada teks aslinya tertulis; “begitu pula saudara Abul Barro’ “, namun Syaikh Abdulloh Azzam mencoretnya dengan penanya. Lihat aslinya) 

Dan banyaklah mendo’akan (pada teks aslinya tertulis: “dan banyaklah mendo’akan orang-orang yang menanggung maktab ini dengan harta pribadinya” namun tulisan ini ditulis dalam kurung oleh Syaikh Abdulloh Azzam dan kami tidak tahu apakah beliau bermaksud mencoretnya atau membiarkannya. Lihat teks aslinya. Dan yang benar saudara Usamah menanggung maktab ini pada awal dimulainya kerja maktab al-khidmat ini sampai pada tahun 1986 M kemudian setelah itu beliau berhalangan untuk membantu) orang yang menanggung maktab ini dengan menggunakan uang pribadinya yaitu saudara Abu ‘Abdulloh Usamah bin Muhammad bin Ladin. Saya berdo’ah semoga Alloh memberkahi keliarga dan hartanya. Dan kami mengharap kepada Alloh untuk memperbanyak orang-orang semacam dia. Demi Alloh saya belum mendapatkan orang yang semacam dia di dunia Islam. Oleh karena itu kami berharap kepada Alloh untuk menjaga agamanya dan hartanya. (dalam teks aslinya tulisan: “semoga Alloh memberkati …. .sampai perkataannya yang berbunyi ; tiang perkemahan maktab” kalimat ini digarisbawahi dan kami tidak tahu apa maksud syaikh Abdulloh Azzam. Apakah beliau bermaksud mencoretnya atau tidak. Namun kami menguatkan bahwa beliau tidak bermaksud mencoretnya. Lihat aslinya) dqn semoga Alloh memberkati kehidupannya. Dan kalian jangan lupa bahwa Abu Hudzaifah telah benyak menanggung proyek-proyek maktab ini dengan uang pribadinya. (dalam teks aslinya kata-kata “dengan uang pribadinya” ditulis dalam kurung oleh syaikh Abdulloh Azzam, maka kami kuatkan bahwa beliau tidak bermaksud membuangnya. Lihat aslinya) maka banyaklah mendo’akannya, karena dia merupakan tiang perkemahan maktab. 

ADAPUN KEPADA PERHIMPUNAN JIHAD ! 

Hendaklah kalian banyak memperhatikan Sayyaf, Hikmatyar, Robbani, Kholis. Karena kita mengharapkan mereka (dalam teks aslinya tertulis “keduanya”) akan melanjutkan perjalanan jihad dan memelihara agar tidak menyimpang. 

Dan janganlah kalian melupakan komandan di dalam negeri, khususnya Jalaluddien, Ahmad Syah Mas’ud, Ir. Basyir, Shofiyullah ‘Afdholi, Maulawi Arsalan,(dalam teks aslinya tertulis: “dan perbaikilah hubungan kalian dengan Nasrulloh Manshur” namun dicoret oleh Syaikh Abdulloh Azzam. Lihat aslinya) Farid, Muhammad ‘Alam dan Sir Alam (Di Bagman), serta sayid Muhammad Hanif (di Logar). 

سُبْحَانَكَ اَللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ 

" " Mahasuci Engkau ya Allah, dan dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada Ilah selain Engkau, aku mohom ampun dan bertaubat kepada-Mu “. 

Hari Selasa 13 Sya’ban 1406 H. bertepatan dengan 22/4/1986 M‎

Suatu sore, senin 12 Sya’ban 1406 H. bertepatan dengan 20 April 1986 M. sepulang dari rumah kediaman syeikh Jalaluddien Haqqoni, k...
utulis kata-kata ini :

Segala puji bagi Allah, hanya kepada-Nya kita memuji, memohong pertolongan, memohon ampunan, serta memohon perlindungan dari kejahatan jiwa kita dan keburukan amal perbuatan kita. Barangsiapa yang diberi peunjuk oleh Allah, maka tiada seorang pun yang dapat menyesatkannya. Dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka tiada seoarang pun jua yang bisa memberi petunjuk kepadanya.

Aku bersaksi bahwa tiada Ilah selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.

Ya Allah ! Tiada kemudahan selain yang telah Engkau jadikan mudah, dan jika Engkau berkehendak, niscaya kesedihan akan Engkau jadikan kemudahan.

Kecintaan kepada jihad benar-benar telah melekat pada diri dan hidupku, jiwa dan perasaanku, serta hati dan inderaku.

Ayat-ayat muhkamat dalam surat at taubah yang menerangkan kewajiban jihad dalam Islam, benar-benar telah memeras kesedihan hatiku untuk mencabik-cabik jiwaku dengan duka, sedangkan aku sadar akan kekuranganku dan kekurangan kaum muslimin terhadap kewajiban jihad di jalah Allah ini.

Ayat tentang kewajiban mengangkat pedang telah memansukh (menghapus) lebih kurang 120 atau 140 ayat sebelumnya yang berbicara tentang jihad. Ini benar-benar merupakan bantahan yang telak dan jawaban yang tuntas bagi orang yang mau bermain-main dengan ayat-ayat Allah yang berkenaan dengan perang di jalan Allah. Juga buat orang yang begitu berani mentakwilkan ayat-ayat muhkamat atau berani membelokkan arti dhohir yang qoth’ie baik maksud maupun keabsahannya.

Diantara ayat-ayat yang berkaitan dengan kewajiban melaksanakan jihad tersebut adalah :


وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَآفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَآفَّةً وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ

“ ….. dan perangilah musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka memerangi semuanya; dan ketahuilah bahwasannya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa “. (QS. 9:36).


فَإِذَا انْسَلَخَ اْلأَشْهُرُ الْحُرُمُ فَاقْتُلُوا الْمُشْرِكِيْنَ حَيْثُ وَجَدْتُمُوْهُمْ وَخُذُوْهُمْ وَاحْصُرُوْهُمْ وَاقْعُدُوْا لَهُمْ كُلَّ مَرْصَدٍ فَإِنْ تَابُوْا وَأَقَامُوا الصَّلاَةَ وَءَاتَوُا الزَّكَاةَ فَخَلُّوْا سَبِيْلَهُمْ إِنَّ اللهَ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ


“ Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyirikin di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian. Jika mereka bertaubat dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang “. (QS. 9:5).

Mencari-cari alasan untuk tidak berjihad dengan alasan yang bermacam-macam akan mengotori jiwa. Maka merelakan diri untuk tidak berjihad fie sabilillah merupakan sendau gurau dan main-main bahkan mempermainkan agama Allah. Padahal kita diperintahkan berpaling mengjauhi orang-orang seperti mereka, sesuai firman Allah :

وَذَرِ الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَهُمْ لَعِبًا وَلَهْوًا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا

“ Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikabn agama mereka sebagai main main dan sendau gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia “. ( QS. Al An’am : 70).

Sesungguhnya mencari-cari alasan dengan angan-angan tanpa melakukan i’dad adalah kondisi jiwa yang kerdil yang tiada punya semangat merengkuh puncak gunung.

“ Jika semua itu memang jiwa yang besar bersusah payahlah badan karena cita-citanya “.

Duduk-duduk berdampingan di masjidil Harom dan memakmurkannya dengan berbagai amal ibadah tidak mungkin dapat dibandingkan dengan jihad di jalan Allah. Dalam hadits shohih muslim diriwayatkan, ketika para shahabat berselisih pendapat tentang amal yang paling utama sesudah iman, “ Memakmurkan Masjidil Harom (adalah amalan yang paling utama) “.Yang lain berkata, “ Bukan ! Tapi (amalan yang paling utama adalah) memberi minuman orang-orang yang beribadah haji “. Yang lain lagi berkata, “ Bukan ! Tapi jihad di jalan Allah “.

Dengan adanya peristiwa itu maka turunlah ayat 19 hingga 22 surat At Taubah.

أَجَعَلْتُمْ سِقَايَةَ الْحَآجِّ وَعِمَارَةَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ كَمَنْ ءَامَنَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلأَخِرِ وَجَاهَدَ فِي سَبِيلِ اللهِ لاَيَسْتَوُونَ عِندَ اللهِ وَاللهُ لاَيَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ {19} الَّذِينَ ءَامَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِندَ اللهِ وَأُوْلاَئِكَ هُمُ الْفَآئِزُونَ {20} يُبَشِّرُهُمْ رَبُّهُم بِرَحْمَةٍ مِّنْهُ وَرِضْوَانٍ وَجَنَّاتٍ لَّهُمْ فِيهَا نَعِيمُُ مُّقِيمٌ {21} خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا إِنَّ اللهَ عِندَهُ أَجْرٌ عَظِيمُُ {22}

“ Apakah (orang-orang) yang memberi minuman kepada orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidil haram, kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta berjihad di jalan Allah. Mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada kaum yang zhalim. Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapatkan kemenangan. Rabb mereka mengembirakan mereka dengan memberikan rahmat daripada-Nya, keridhoan dan jannah, mereka memperoleh di dalamnya kesenangan yang kekal. Mereka kekal di dalanya selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar “. (QS. 9:19-22)

Jadi, jelaslah bahwa jihad di jalan Allah itu lebih besar derajat dan pahalanya dibanding memakmurkan Masjidil Harom, khususnya kalau dilihat dari sebab turunnya ayat, yaitu adanya perselisihan pendapat di antara para shahabat seputar masalah ini.

Asbabun Nuzul (sebab turunnya) ayat ini tidak boleh dikhususkan untuk masalah lain, atau dita’wilkan (dipahami dengan arti jihad yang lain, umpamanya jihad melawan hawa nafsu – pent.) sebab di dalam nash tersebut sudah terdapat makna yang qoth’i.

Dan semoga Alloh merahmati Abdulloh ibnul Mubarok. Suatu ketika beliau berkirim surat kepada Al Fudzail bin ‘Iyadl, ia berkata :

“ Wahai orang yang beribadah di Masjid Haromain Seandainya engaku mengerti keadaan kami tentu engkau tahu bahwa Engkau bermain-main dengan ibadah itu Kalau orang pipinya dilinangi genang air mata Maka pangkal leher kami dilumuri darah yag tertumpah “

Tahukah anda pendapat seorang yang ahli fiqih, ahli hadits dan sekaligus mujahid ini (yaitu Abdullah bin Mubarok) tentang orang yang duduk-duduk bersanding di Masjid Harom, beribadah di dalamnya, sedang saat-saat yang sama tempat-tempat suci Islam dihancurkan, darah kaum muslimin ditumpahkan, kehormatan mereka diinjak-injak dan dihinakan serta Agama Allah dicabut sampai akar-akarnya ! Saya katakan bahwa beliau berpendapat, “…. Itu adalah bermain-main dengan Agama Allah ….. “.

Benar, membiarkan kaum mulimin dibantai, dibunuh dengan semena-mena – disuatu negeri nun jauh di sana – sedangkan kita hanya membaca Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Roji’un dan Laa Haula Wa Laa Quwwata Illa Billahil ‘Aliyyil ‘Adzim sambil membuka telapak tangan kita dari jarak jauh tanpa terdetik di hati kita untuk tampil membela mereka, sungguh ini adalah bermain-main dengan agama Allah serta mengumpatkan kedustaan dan kebekuan hati serta menipu diri sendiri.

“ Bagaimana tetap tinggal diam, dan bagaimana hati seorang muslim tetap tenang sedang kaum muslimat bersama musuh yang kejam “.

Saya berpendapat – seperti yang telah saya tuliskan dalam kitab Ad Difa’ ‘An Arodhil Muslimin ahammu Furudhul a’yan (Terj. Membela Bumi Kaum Muslimin Adalah Fardhu Ain yang Paling Utama)- Dan sebelum saya berpendapat seperti ini Ibnu Taimiyah telah berpendapat seperti ini. Beliau mengatakan bahwa jika musuh menyerang dan membinasakan seluruh urusan Dien dan dunia, maka tidak ada saat itu yang paling wajib setelah iman selain melawan mereka.

Saya berpendapat – sekarang ini – tidak ada bedanya antara orang yang meninggalkan jihad dengan orang yang meninggalkan sholat, puasa dan zakat ?

Saya berpendapat semua penghuni dunia memikul tanggung jawab di hadapan Allah kemudia dihadapan sejarah.

Saya berpendapat tidak ada alasan yang bisa diterima untuk meninggalkan jihad, baik alasan berda’wah, sibuk mengarang, sibuk mendidik dan sebagainya.

Saya berpendapat di atas leher setiap muslim di dunia ini sekarang ini terikat beban dan tanggung jawab disebabkan mereka meninggalkan jihad (perang di jalan Alloh). Dan semua orang Islam telah memikul dosa karena enggan memanggul senjata.

Jadi, setiap orang yang berjumpa dengan Alloh – selain ulid dzhoror – sedangkan tidak ada senjata ditangannya, ia berjumpa Alloh dengan menanggung dosa karena dia meninggalkan perang. Karena hukum perang sekarang ini adalah fardhu ‘ain bagi setiap muslim di muka bumi – selain orang-orang yang mempunyai udzur- . Sedangkan orang yang meninggalkan kewajiban itu berdosa karena kewajiban itu definisinya adalah perbuatan yang pelakunya mendapat pahala dan orang yang meninggalkannya akan dihisab atau berdosa.

Sesungguhnya saya berpendapat – wallohu a’lam – sesungguhnya orang yang dimaafkan Alloh dalam meninggalkan jihad adalah orang buta, orang pincang, orang sakit dan orang-orang lemah dari kalangan laki-laki, perempuan dan anak-anak yang tidak bisa berupaya dan tidak tahu jalan. Maksudnya tidak bisa berpindah ke medan perang dan tidak tahu jalan menuju ke sana. Maka berdosalah orang-orang yang meninggalkan tugas perang, baik di Palestina atau Afghanistan atau di belahan bumi manapun yang diinjak dan dinodai oleh orang-orang kafir dengan najisnya.

Dan saya berpendapat pada hari ini tidak diperlukan lagi ijin kepada siapapun untuk berperang atau berjihad di jalan Allah tidak perlu ijin orang tua bagi anaknya, suami bagi istrinya, atau orang yang menghutangi bagi orang yang berhutang, guru bagi muridnya, serta ijin pemimpin bagi yang dipimpinnya.

Ini adalah ijma’ seluruh ulama di segala zaman. Bahwa dalam keadaan seperti ini seorang anak pergi berperang tanpa ijin orang tuanya dan seorang perempuan pergi berperang tanpa ijin suaminya, barangsiapa berusaha mencari-cari kesalahan dalam permasalahan ini benar-benar ia telah melampaui batas dan berbuat zalim, serta mengikuti hawa nafsu tanpa berdasarkan petunjuk dari Allah.

Masalah ini sudah cukup gamblang dan tegas yang di dalamnya tiada lagi kekaburan atau kerancuan. Karena itu tidak ada peluang bagi siapa pun untuk membelokkan, menyelewengkan, atau bermain-main dengannya dan menta’wilkannya.

Sesungguhnya amiirul mu’minin tidak dimintai ijin untuk berjihad dalam tiga keadaan :

1. Bila ia menihilkan jihad

2. Bila ia menutup perijinan untuk berjihad

3. Bila sebelumnya kita telah ketahui bahwa ia akan menolak permohonan ijin.

Saya berpendapat bahwa kaum muslimin pada hari ini bertanggung jawab atas setiap kehormatan yang dinodai di Afghanstan dan sertiap darah yang tercucur di sana. Sesungguhnya – wallohu a’lam – mereka semuanya berperan dalam menumpahkan darah di Afghanistan sebab mereka kurang memperhatikan, sedangkan kaum muslimin mampu mengirim senjata untuk membela mereka, atau dokter untuk mengobati mereka, atau harta untuk membeli makanan atau buldoser untuk menggalikan parit perlindungan bagi mereka.

Dalam Hasyiyah Ad Dasyuki As Syarkhil Kabir halaman 111 – 112 juz II diterangkan :

“ Orang yang memiliki kelebihan makanan dan melihat seseorang kelaparan (tapi) ditinggalakan sampai mati, kalau orang yag memiliki makanan itu mengira orang yang kelaparan itu tidak mati, maka ia harus mambayar diyatnya (denda) dari harta kerabatnya. Dan kalau sengaja membiarkan mati maka ada dua riwayat dalam madzhab (pertama) dia harus membayar diyat dari hartanya sendiri, dan (pendapat kedua) dia harus diqishos mati, karena dia (hakikatnya) adalah pembunuh “.

Maka, hisab dan siksa macam apakah yang sedang dinanti oleh orang-orang yang memiliki kekayaan dan harta benda, lalu ia salurkan harta tersebut untuk bersenang-senang dan membelanjakan sia-sia hanya demi menuruti hawa nafsu dan kemewahan itu ?

WAHAI KAUM MUSLIMIN

Hidup kalian adalah jihad, kemuliaan kalian adalah jihad, serta wujud dan eksistensi kalian terikat erat dengan jihad.

WAHAI PARA JURU DAKWAH !

Tiada arti dan nilai hidup kalian jika kalian tidak mengayunkan pedang untuk membabat kesuburan para thoghut, kaum kuffar dan para penindas.

Sesungguhnya orang-orang yang mengira bahwa Islam ini bisa menang tanpa jihad dan perang, tanpa pertumpahan darah dan serpihan-serpihan daging mereka, sebenarnya mereka itu dalam kekaburan dan tidak mengerti tabiat naluri Dinul Islam.

Wibawa para juru dakwah, kekuatan dakwah dan kejayaan kaum muslimin tidak bakal terwujud tanpa perang.

Rosulullah shollAllahu ‘alaihi wasallam bersabda :


وَلَيَنْزِعَنَّ اللهُ مِنْ قُلُوبِ أَعْدَاءِكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللهُ فِي قُلُوبِكُمُ الْوَهْنَ قَالُوا وَمَا الْوَهْنُ يَا رَسُولَ اللهِ ؟ قَالَ : حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ. وَفِي رِوَايَةٍ كَرَاهِيَةُ الْقِتَالِ

“ Dan benar-benar Allah akan mencabut rasa takut dari musuh-musuh kalian, dan melemparkan penyakit wahn ke dalam hati kalian ! para shahabat bertanya : Apakah penyakit wahn itu ya Rosul Allah ! beliau menjawab : “ Cinta dunia dan benci dengan kematian “. Dalam riwayat lain, “ benci dengan peperangan “.

Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

فَقَاتِلْ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ لاَ تُكَلَّفُ إِلاَّ نَفْسَكَ وَحَرِّضِ الْمُؤْمِنِيْنَ عَسَى اللهُ أَنْ يَكُفَّ بَأْسَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَاللهُ أَشَدُّ بَأْسًا وَاَشَدُّ تَنْكِيْلاً

“ Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. Kobarkanlah semangat para mukmin (untuk berperang). Mudah-mudahan Allah menolak serangan orang-orang yang kafir itu. Allah amat besar kekuatan dan amat keras siksaan(Nya) “. (QS. 4:84).

Kemusyrikanpun akan merajalela dan berjaya jika tidak ada perang. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لاَتَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ كُلُّهُ للهِ

“ Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah ”. (QS. Al Anfal : 39).

Dan yang dimaksud dengan fitnah di sini adalah kemusyrikan.

Sesungguhnya jihad merupakan jaminan satu-satunya bagi kebaikan di permukaan bumi ini.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

وَلَوْلاَ دَفْعُ اللهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَّفَسَدَتِ اْلأَرْضُ
“ Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian manusia dengan sebagaian yang lain, pasti rusaklah bumi ini ”. (QS. Al Baqoroh : 251).

Sesungguhnya jihad juga merupakan jaminan satu-atunya guna memelihara syi’ar-syi’ar dan tempat-tempat peribadahan :

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

وَلَوْلاَ دَفْعُ اللهِ النَّاسَ بَعْضَهُم بِبَعْضٍ لَّهُدِّمَتْ صَوَامِعُ وَبِيَعٌ وَصَلَوَاتٌ وَمَسَاجِدَ يُذْكَرُ فِيهَا اسْمُ اللهِ كَثِيرًا

“ Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah ”. (QS. Al Haj : 40).

WAHAI PARA JURU DAKWAH ISLAM !

Gandrungi dan kejarlah kematian, nisacaya kalian akan dikaruniai kehidupan. Janganlah terpedaya oleh angan-angan, dan janganlah tertipu oleh apapun dalam mentaati Alloh.

Janganlah kalian sampai tertipu dengan kitab-kitab yang kalian baca, dan dengan ibadah-ibadah sunnah yang kalian tekuni. Kesibukan kalian dalam urusan-urusan kecil yang membuai hati jangan sampai melupakan kalian dari masalah-masalah yang besar dan agung,

وتودون أن غير ذات الشوكة تكون لكم...

…dan kalian menginginkan bahwa yang tanpa senjatalah yang akan kalian hadapi…

Janganlah kalian mentaati siapapun dalam urusan jihad. Tidak perlu ijin dari komandan untuk pergi berjihad. Sesungguhnya jihad itu adalah penegak dakwah kalian dan benteng agama kalian serta perisai syari’at-syari’at kalian.

WAHAI ULAMA ISLAM !

Tampillah memimpin generasi yang sedang kembali kepada jalan Robnya ini, dan janganlah takut menegakkan Dien, janganlah gandrung dan cinta kepada dunia serta jagalah diri kalian, jangan sampai mencicipi hidangan-hidangan thoghut, karena hal itu akan menjadikan hati kalian gelap dan mati, akan menjadi dinding pemisah bagi kalian dari generasi ini, serta penutup antara hati kalian dan hati mereka.

WAHAI KAUM MUSLIMIN !

Telah lama tidur kalian. Burung-burung pipit telah menjelma menjadi burung-burung Elang di bumi kalian. Alangkah indahnya makna bait-bait puisi ini :
“ Kian panjang tidur terlena dalam kehinaan dimanakah gerangan barisan singa itu sementara burung-burung pipit telah menjelma menjadi Elang sedangkan kita terbelenggu bagai budak belenggu budak itu berupa buhul nestapa bukannya rantai dari besi lalu, kapan kita berontak belenggu itu ? kapan kita berontak belenggu itu?!

WAHAI KAUM WANITA !

Jagalah diri kalian dari kemewahan, karena kemewahan adalah musuh jihad. Kemewahan mengkerdilkan jiwa manusia. Hati-hatilah terhadap keadaan yang berlebih-lebihan. Cukuplah dengan yang perlu-perlu saja.

Didiklah anak-anak kalian dengan kesederhanaan, dengan sifat kejantanan dan kepahlawanan serta kemauan untuk berjihad. Jadikanlah rumah kalain sebagai kandang singa, bukannya kandang ayam yang setelah gemuk dijadikan sembelihan penguasa durhaka. Tanamkanlah dalam jiwa putra-putri kalian kecintaan berjihad, mencintai lapangan pacuan kuda dan medan-medan pertempuran.

Hiduplah dengan selalu menyertai segala kesulitan kaum muslimin. Usahakan dalam satu minggu sekali – minimal – untuk hidup seperti hidupnya kaum muhajirin dan mujahidin, yaitu hanya dengan sepotong roti kering dengan lauk yang tidak berlebihan dan beberapa teguk air teh.

WAHAI PARA REMAJA !

Tumbuhlah kalian dalam desingan peluru-peluru, dentuman meriam, raungan kapal terbang dan deru suara tank. Jauhilah kenikmatan hidup, dendangan musik dan kasur-kasur yang empuk.

ADAPUN ENGKAU WAHAI ISTRIKU !

Sebenarnya banyak hal yang ingin aku sampaikan kepadamu wahai ummu Muhammad. Semoga Allah melimpahkan balasan pahala kepadamu karena pengorbananmu kepadaku dan kepada kaum muslimin, juga karena dukunganmu kepadaku. Eangkau telah lama bersabar bersamaku menempuh jalan ini, dan engkau telah merasakan pahit dan manisnya hidup bersamaku. Dan engkau adalah sebaik-baik penolong bagiku dalam menempuh perjalanan yang penuh berkah ini, dan untuk berjuang di medan jihad. Engkau telah kutinggalkan di rumah sejak tahun 1969 M., pada saat itu kita baru mempunyai dua anak kecil perempun dan seorang bayi laki-laki. Engkau hidup di sebuah kamar yang terbuat dari tanah liat yang tidak ada dapur dan perabotnya. Dan kutinggalkan engkau dirumah ketika hamil tua dan bertambah anggota keluarga, anak-anak sudah mulai besar, dan semakin banyak kenalan kita dan semakin bertambah pula tamu-tamu kita. Engkau terima semua itu hanya karena Alloh kemudian karena aku. Maka semoga Alloh membalas jasamu terhadap diriku dan terjadap kaum muslimin dengan sebaik-baik balasan. Kalau bukan karena Allah, kemudian karena kesabaranmu atas kepergianku yang sekian lama dari rumah, tidaklah aku mampu memikul beban begitu berat sendirian.

Benar-banar aku telah mengerti bahwa engkau seorang wanita zahidah (ahli zuhud), bagimu materi dunia ini tidak ada nilainya dalam hidupmu. Engakaupun tidak pernah mengeluh pada hari-hari yang berat karena sedikitnya uluran tangan pertolongan. Dan engkau pun tidak pernah bermewah-mewah juga tidak membanggakan diri pada hari-hari Allah membukakan sedikit pintu kenikmatan dunia. Dinia ini tidak pernah tinggal dalam hatimu, padahal sebagian besar kesempatan ada di tanganmu.

Sesungguhnya kehidupan jihad adalah kehidupan yang paling lezat, serta menahan sabar atas kesempitan lebih indah daripada bergelimang diantara bermacam-macam kenikmatan dan tumpukan kemewahan.

Berpegang teguhlah pada sifat zuhud, niscaya Allah akan mencintaimu. janganlah mencintai apa yang dimiliki manusia, niscaya manusia mencintaimu.

Al Qur’an adalah kenikmatan hiburan dalam kehidupan. Bangun sholat malam (tahajud), puasa sunnah, serta beristighfar pada waktu-waktu sahur (sepertiga malam terakhir) menjadikan hati lembut, beribadah menjadi manis. Bersahabat dengan orang-orang yang baik, tidak berlebih-lebihan di dunia, jauh dari glamour dan orang-orang yang sibuk dengan dunia semua itu akan menjadikan hati tenang..

Harapan kita hanya kepada Allah, mudah-mudahan kita dikumpulkan di Jannah Firdaus, sebagaimana Dia telah mengumpulkan kita di dunia.

ADAPUN KALIAN WAHAI ANAK-ANAKKU !

Sungguh kalian hanya mendapatkann sedikit saja dari waktuku, juga hanya sedikit pendidikan dariku.

Ya ! aku sibuk dan tidak sempat mengurus kalian. Tapi apakah yang harus aku perbuat, sedangkan bencana yang menimpa kaum muslimin seakan membuat wanita yang menyusui tak ingat akan nasib susuannya. Dan malapetaka yang menyiksa umat Islam begitu dahsyat seolah-olah jambul anak-anak muda beruban karenanya.

Demi Allah, tak kuat aku hidup bersama kalian sebagaimana induk ayam dalam sangkarnya hidup bersama anak-anaknya. Tak sanggup aku hidup dengan hati dingin sedangkan api ujian membakar hati kaum muslimin tak rela aku tinggal besama kalian sepanjang waktu sedangkan derita dan kaum muslimin merobek-robek setiap orang yang memiliki hati nurani atau masih tersisa akalnya. Tidaklah kesatria hidup diantara kalian sambil bergelimang dengan kenikmatan yang sebagian dihamparkan untukkku dan sebagian lagi diangkat, diantara tumpukan daging dan beraneka ragam jajanan.

Demi Allah, dalam hidupku aku telah membenci kemewahan baik berupa pakaian, makanan, ataupun tempat tinggal. Aku telah berusaha semampuku untuk mengangkat kalian kepada tingkatan para zahidin (ahli zuhud) dan menjauhkan kalian dari gelimangan orang-orang yang hidup dalam kemewahan.

Aku wasiatkan kepada kalian berpeganglah pada aqidah kaum salaf, yaitu aqidah ahlus sunnah wal jama’ah, dan jauhilah sifat berlebih-lebihan. Aku wasiatkan kepada kalian, untuk membaca dan menghafalkan Al-Qur’an. Jagalah juga lidah kalian. Begitu juga sholat malam, berpuasa, bergaul dengan teman-teman yang baik, dan bergabunglah bersama gerakan Islam. Tapi hendaklah kalian ketahui bahwa pemimpin gerakan itu tidak berhak melarang kalian berjihad, atau mengasikkan kalian dalam bidang dakwah hingga melalaikan dari medan-medan kejantaan dan medan-medan perang. Kalian tidak perlu minta ijin kepada seorang pun untuk berjihad di jalan Allah.

Belajarlah bagaimana menghentakkan senjata dan mengendarai kendaraan perang. Tapi, menembak lebih aku sukai.

Aku wasiatkan kepada kalian, wahai anak-anakku agar kalian taat kepada ibumu, menghormati kakak-kakak perempuanmu (ummu Al Hasan dan ummu Yahya). Hendaklah kalian menekuni ilmu syari’ah yang bermanfaat. Hendaklah kalian taat kepada kakak laki-lakimu (Muhammad).

Saya nasehatkan kalian untuk saling mencintai dan berbakti kepada kakek dan nenek kalian, hormatilah keduanya. Dan berbaktilah kepada kedua bibimu (ummu faiz dan ummu Muhammad). Karena kedua beliau itu memiliki jasa dan keutamaan besar kepadaku sesudah Allah.

Sambunglah kekerabatan kita dan berbuat baklah kepada keluarga dan tunaikanlah hak persahabatan kita kepada orang yang bersahabat dengan kita

ADAPUN KEPADA MAKTAB AL-KHIDMAT

(Pada aslinya tertulis: “Saya wasiyatkan agar yang menjadi penanggung jawab setelahku adalah Abu Hudzaifah yang telah menghabiskan waktu mudanya untuk maktab ini. Khususnya dia telah menyumbangkan hartanya untuk para mujahidin. [Pada teks aslinya tidak tertulis “Wakilnya” adalah] Abu Sayyaf Fat-hi dan dibantu oleh Abu Hamzah dan Abu Hajir. Namun Syaikh Abdulloh Azzam mencoret tulisan ini. Lihat aslinya)

Dan kepada ikhwah sekalian, hendaknya mereka menjaga orang-orang yang menjadi pendahulu dalam berjihad ini, dan setiap mujahid mendapat keutamaan dengan lebih cepatnya dia berada dalam medan perang ini. Dan kepada para ikhwah hendaknya mereka menghormati para pendahulu mereka dalam jihad ini, khususnya (pada teks aslinya tertulis: Abu Hudzifah, namun Syaikh Abdulloh Azzam mencoret dengan penanya. Lihat aslinya) Usamah, Abul Hasan Al-Madani, Nurud Din, Abul Hasan Al-Maqdisi, Abu Sayyaf Dan Abu Burhan. Adapun Abu Mazin sungguh saya mengetahuinya (dalam teks aslinya tertulis; Wallohi [demi Alloh] namun Syaikh Abdulloh Azzam mencoretnya dengan penanya) dia adalah orang yang lebih bersih dari air yang turun dari langit. Dia ahli puasa, sholat malam dan bersemangat dalam berjihad. Alloh menggiringnya untuk jihad maka dia membantu dengan diam-diam. (dalam teks aslinya tertulis: “meskipun orang-orang mempeributkannya dan kalian jangan terpedaya dengan mereka” namun Syaikh Abdulloh Azzam mencoretnya dengan penanya. Lihat aslinya) dan dia adalah salah satu penopang jihad.

Tundukkanlah pandangan kalian dari ketergelinciran-ketergelinciran mereka dan jagalah posisi mereka. Dan jangan kalian lupakan keutamaan Abul Hasan Al-Madani dan perannnya dalam membantu jihad. Terimalah nasehat-nasehat Abu Hajir. Dan hendaknya dia yang mengimami sholat kalian karena dia itu lembut dan khusyu’ (pada teks aslinya tertulis; “begitu pula saudara Abul Barro’ “, namun Syaikh Abdulloh Azzam mencoretnya dengan penanya. Lihat aslinya)

Dan banyaklah mendo’akan (pada teks aslinya tertulis: “dan banyaklah mendo’akan orang-orang yang menanggung maktab ini dengan harta pribadinya” namun tulisan ini ditulis dalam kurung oleh Syaikh Abdulloh Azzam dan kami tidak tahu apakah beliau bermaksud mencoretnya atau membiarkannya. Lihat teks aslinya. Dan yang benar saudara Usamah menanggung maktab ini pada awal dimulainya kerja maktab al-khidmat ini sampai pada tahun 1986 M kemudian setelah itu beliau berhalangan untuk membantu) orang yang menanggung maktab ini dengan menggunakan uang pribadinya yaitu saudara Abu ‘Abdulloh Usamah bin Muhammad bin Ladin. Saya berdo’ah semoga Alloh memberkahi keliarga dan hartanya. Dan kami mengharap kepada Alloh untuk memperbanyak orang-orang semacam dia. Demi Alloh saya belum mendapatkan orang yang semacam dia di dunia Islam. Oleh karena itu kami berharap kepada Alloh untuk menjaga agamanya dan hartanya. (dalam teks aslinya tulisan: “semoga Alloh memberkati …. .sampai perkataannya yang berbunyi ; tiang perkemahan maktab” kalimat ini digarisbawahi dan kami tidak tahu apa maksud syaikh Abdulloh Azzam. Apakah beliau bermaksud mencoretnya atau tidak. Namun kami menguatkan bahwa beliau tidak bermaksud mencoretnya. Lihat aslinya) dqn semoga Alloh memberkati kehidupannya. Dan kalian jangan lupa bahwa Abu Hudzaifah telah benyak menanggung proyek-proyek maktab ini dengan uang pribadinya. (dalam teks aslinya kata-kata “dengan uang pribadinya” ditulis dalam kurung oleh syaikh Abdulloh Azzam, maka kami kuatkan bahwa beliau tidak bermaksud membuangnya. Lihat aslinya) maka banyaklah mendo’akannya, karena dia merupakan tiang perkemahan maktab.

ADAPUN KEPADA PERHIMPUNAN JIHAD !

Hendaklah kalian banyak memperhatikan Sayyaf, Hikmatyar, Robbani, Kholis. Karena kita mengharapkan mereka (dalam teks aslinya tertulis “keduanya”) akan melanjutkan perjalanan jihad dan memelihara agar tidak menyimpang.

Dan janganlah kalian melupakan komandan di dalam negeri, khususnya Jalaluddien, Ahmad Syah Mas’ud, Ir. Basyir, Shofiyullah ‘Afdholi, Maulawi Arsalan,(dalam teks aslinya tertulis: “dan perbaikilah hubungan kalian dengan Nasrulloh Manshur” namun dicoret oleh Syaikh Abdulloh Azzam. Lihat aslinya) Farid, Muhammad ‘Alam dan Sir Alam (Di Bagman), serta sayid Muhammad Hanif (di Logar).

سُبْحَانَكَ اَللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

" " Mahasuci Engkau ya Allah, dan dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada Ilah selain Engkau, aku mohom ampun dan bertaubat kepada-Mu “.

Hari Selasa 13 Sya’ban 1406 H. bertepatan dengan 22/4/1986 M

renungkanlah dan bersemangatlah kembali di jalan dakwah

PENGGETAR IMAN DI MEDAN JIHAD::

“Persiapkanlah jiwa-jiwa kalian untuk melakukan kerja yang mulia dan besar, berusahalah untuk mati secara mulia sehingga Allah memberikan kehidupan kepada kalian, dan ketahuilah bahwa kematian pasti akan d...
atang, dan hal itu terjadi hanya satu kali, jika kalian menjadikannya mati di jalan Allah maka itulah sebuah keberuntungan di dunia dan ganjaran yang besar di akhirat !!”
:: Hasan Al-Banna (Ketika mengajak seluruh umat Islam untuk berjihad di Palestina pada tahun 1948)::

“Jika ajalku telah tiba, maka tak ada seorang pun yang mampu mencegah kematianku, namun jika kematian belum saatnya maka apa pun usaha mereka tak mungkin berhasil juga !!”
:: Abu A’la al-Maududi (Setelah mendengar vonis hukuman mati pengadilan karena menentang Ahmadiyah ::

“Ketahuilah, kami mati dan mengobarkan diri demi membela dan meninggikan kalimat Laa Ilaha Illa Allah, sementara engkau mencari makan dengan kalimat Laa Ilaha Illa Allah.”
:: Sayyid Quthb (Ketika menanggapi seorang Syeikh suruhan pemerintah Gamal Abdul Nasser yang meminta Sayyid Quthb mengingat Allah tatkala bersiap-siap dieksekusi hokum gantung) ::

Kajian Bedah Buku Penggetar Iman di Medan Jihad

Kajian Bedah Buku Penggetar Iman di Medan Jihad

mediakita Agustus 08, 2012 | 13:18

Sabtu 2 juni 2012 dini hari ,  di masjid Sulthonain Nitikan, diadakakan suatu kajian  yaitu Bedah Buku Penggetar Iman di Medan Jihad bersama ustad.Fahrurrozi. Kajian ini sangat menarik yaitu membedah Pemikiran ketiga tokoh pergerakan Islam tentang jihad (yang tertuang dalam risalah ini) menyadarkan kita tentang tugas kemanusiaan dan tanggung jawab sebagai Muslim dalam menegakkan Islam. 
Ustad. Fahrurrozi dalam kajian ini membagi point point dalam membedah buku ini yaitu:
1. maksud di buatnya buku ini adalah memberikan pertanyaan kepada setiap musli yaitu : “jasa anda untuk islam itu apa?.
2. Setiap keinginan pasti banyak pengorbanan
banyak contohnya ya misal: menjadi kaya aja butuh pengorbanan, mencari cinta sejati aja butuh pengorbanan, mencari surga aja butuh pengorbanan, mau taubat aja butuh pengorbanan
3. Serahkan hidup kita kepada ALLAH SWT.
jika sahabat kuliah sudah mau lulus dan mau mencari pegkerjaan atau masih bingung mau cari kerjaan dimana dan anda takut dengan itu maka jalan keluarnya adalah banyak beramal kepada ALLAH SWT, biarlah ALLAH yang mencarikan pekerjaan anda.
4. Islam yang mengajarkan doktrin peperangan tujuannya agar setiap orang mengorbankan dirinya untuk ALLAH SWT (harga surga itu mahal men)
Islam juga mengajarkan perdamaian, yang di maksud perang menurut islam adalah sewaktu waktu jika memang islam terpaksa untuk berperang maka islam juga mengajarkan bagaimana perang itu. Banyak film perang seperti the kingdom of heaven, dan ada yang baru tapi belum muncul sepertinya yaitu tentang penaklukan constantinopel yang di pimpin oleh Muhammad Al Fatih.
5. Watak yang dibenci oleh ALLAH adalah seorang Pengecut
6. Pengikut islam itu mempunyai loyalitas kepada rosulullah dan ALLAH SWT
7.  Pemikul islam adalah orang yang menjadikan pahala surga sebagai motivasi dan tidak terpengaruhi dengan dunianya atau istilahnya tidak sialau dengan kehidupan dunianya
8. pengikut islam itu baca Al-quran
ada nasehat nih dari Ustad. Fahrurrozi ” Jadikan rumah anda itu kandang singa bukan kandang ayam”

Kamis, 15 November 2012

"Aku, Produk Ayah Dan Ibuku"

Aku adalah seorang anak, dan akulah plagiat sejati
Dari apapun yang dicontohkan orang tuaku.
Memori yang aku rekam, aku dengar dan aku saksikan tidak akan dengan mudah terhapus.
Dan inilah aku kini...
Produk didikan orang tuaku dulu, dan yang akan aku wariskan kepada anak cucuku nanti.

Aku adalah pribadi yang keras.
Karena aku belajar dari orang tuaku yang tak pernah mau mengalah.
Atau paling tidak memberi sedikit ruang untuk sebuah pengertian.
Yang aku dengar hanya celaan dan bentakan.
Saat keinginan mereka tidak terpenuhi.
Bagiku, tak ada itu istilah mengabdi.
Yang ada bahwa aku haruslah selalu yang terlayani.
Aku kini menjadi pemarah. Aku belajar dari ayah dan ibuku yang pemarah.
Suara mereka lantang saat marah, berharap bisa mengalahkan orang yang mereka benci.
Akupun akhirnya tahu kalau teriakan adalah pelampiasan yang paling bagus saat kita emosi.
Saat mereka marah, mereka memaki. Lalu akupun tahu bahwa ketika marah kita harus memaki.
Tak perduli sopan atau tidak, tapi itulah yang aku ketahui.

Aku kini seorang penakut.
Aku belajar dari ayah ibuku yang selalu ragu dan berkecil hati.
Aku takut mengambil resiko, karena yang aku tahu resiko itu dapat membunuhku.
Akupun jadi pribadi peragu, karena aku tak pernah tahu bagaimana harus mengambil keputusan.
Yang aku mengerti selama ini aku hidup dalam perintah orang tuaku tentang boleh dan tidaknya yang aku lakukan.
Kini aku telah tumbuh dewasa.

Dan, aku juga orang yang ambisius.
Aku terbiasa melihat orang tuaku menghalalkan segala cara demi mendapat yang mereka mau.
Mereka bilang akupun harus begitu.
Jika aku tak mau "memakan",
maka akulah yang akan "dimakan".
Kata mereka itu sama sekali bukan sebuah kesalahan.

Akupun jadi seorang pemaksa.
Aku belajar dari orang tuaku yang selalu memaksakan apapun keinginan Mereka kepadaku.
Mereka selalu bilang, "aku harus selalu menurut".
Bahkan dalam hal yang aku tak suka.
Tak ada komunikasi di rumah kami.
Yang ada, keputusan ayah dan ibu adalah yang paling mutlak yang harus dipatuhi.

Aku adalah pribadi yang sangat tak percaya diri.
Dalam rumah kami, sama sekali tak ada pujian.
Yang ada adalah selalu hadirnya berbagai kesalahan.
Terhadap apapun yang aku lakukan.
Dan baik dan burukku tetap harus selalu jadi gunjingan.
Aku bahkan sampai tak tahu apakah iya aku masih punya kelebihan?

Aku sangat mudah berpikir negatif, selalu dan selalu.
Karena aku belajar dari orang tua yang mudah mengumbar keluhan.
Gampang atau susah, mereka selalu mengeluhkan keadaan.
Dan kini, inilah aku yang tidak bisa mengambil poin positif terhadap apapun yang datang kepadaku.

Orang juga bilang kalau aku egois.
Karena aku tak pernah belajar untuk berbagi.
Setahu aku, milikku hanyalah milikku.
Dan orang lain harus berjuang sendiri.
Ketika mereka ingin juga memiliki hal itu.
Begitulah yang aku pelajari dari orang tuaku.

Kini, aku telah dewasa.
Telah bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Tapi aku tetaplah seorang anak, dan akulah plagiat sejati.
Dari apapun yang dicontohkan orang tuaku.
Memori yang aku rekam, aku dengar dan aku saksikan tidak akan dengan mudah terhapus.
Dan kini... inilah aku,
Produk didikan orang tuaku dulu, dan yang akan aku wariskan kepada anak cucuku nanti.
(Syahidah/voa-islam.com)

nasihat syaikh ibn utsaimin tentang kecurangan.

Syaikh Ibn Utsaimin ketika ditanya hukum mencontek untuk pelajaran Bahasa Inggris ,karena sebagian pelajar menganggap bahwa ini adalah bahasa orang kafir dan mereka menganggap halal melakukan kecurangan atau mencontek ketika ujian.
Syaikh menjelaskan bahwa kecurangan seperti ini adalah haram sebagaimana keumuman sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam : “Siapa yang berlaku curang maka bukan dari golongan kami“.Kemudian Syaikh menjelaskan tentang bahasa inggris sebagai orang kafir sebagai berikut :
Adapun beralasan bahwa ini bahasa orang kafir maka ini tidak benar.Berapa banyak kaum muslimin berbahasa dengan bahasa inggris ini.Walaupun kita berkeyakinan bahwa bahasa arab adalah utama, sebagai bahasa alquran dan bahasa Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam.Akan tetapi bahasa inggris digunakan baik orang muslim maupun kafir.

Meskipun bahasa orang kafir, maka engkau bolehjadi memerlukannya disuatu hari.Dan saya malah menginginkan bisa mengenal atau paham bahasa ini?!.Karena saya mendapati padanya mashlahat yang besar dalam berdakwah ilallah.Seseorang datang kepada anda untuk mengatakan keislamannya,namun anda tidak mampu memahami bahasa mereka.Mereka menanyakan berbagai kewajiban dalam islam seperti shalat,puasa,zakat,haji dll sedang anda tidak dapat menjelaskannya.Olehkarena itu Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam memerintahkan pada Zaid bin Tsabit untuk mempelajari bahasa ibriyah ,yakni bahasa masyarakat Yahudi.Dengan sebab jika datang surat dari Yahudi, maka Zaid dapat membacanya serta dapat menuliskan surat balasannya.
Misalkan engkau dalam masyarakat yang mereka tidak bisa berbahasa selain bahasa inggris, baik itu negara inggris atau bukan, bagaimana anda bisa berdakwah kepada Allah? Apakah mungkin engkau berdakwah dengan bahasa isyarat? Hingga meskipun katakanlah hal tersebut bisa dilakukan namun tetap saja engkau tidak akan mampu menunjukkan atau mendakwahinya seperti dengan ungkapan.Maka pendapat seperti ini adalah tidak benar dan gambaran yang salah.Adalah betul jika suatu masyarakat yang memang asalnya berbahasa arab kemudian harus pindah bahasa inggris,atau perancis dll maka ini tidak mungkin.Tapi kita mempelajarinya dengan alasan untuk berdakwah atau kemaslahatan duniawi yang tidak haram
Sumber : Liqo Al Bab Al Maftuh No.61 ,pertanyaan pertama mulai detik 23:39.FIle ceramah ini dapat di download di website beliau rahimahullah

Senin, 12 November 2012

kuncinya bersabar dan menulis di buku harian.

:: Suamiku Pembohong ??? – sebuah kisah inspiratif – ::


Tag
Jika ada yang bilang “cinta itu butuh pengorbanan” itu memang benar, pengorbanan  menjadi bukti kebenaran cinta, semakin besar perngorbanan seseorang semakin besar pula bukti cintanya dan sebaliknya. Kehidupan dua insan dalam bahtera rumah tangga juga membutuhkan pengorbanan dari dua belah pihak, pengorbanan jiwa, harta bahkan nyawa sekalipun. Dan saya ketengahkan ke hadapan sidang pembaca kisah inspiratif yang layak dijadikan tauladan oleh para suami. Ketika membacanya, mata saya menitihan air mata dan selesai membacanya saya berharap agar kelak menjadi suami yang penuh cinta dan tanggung jawab. Amiin…….
Silahkan menyimak, jangan lupa tuliskan kesan anda untuk kisah ini …
Perkawinan itu telah berjalan empat (4) tahun, namun pasangan suami istri itu belum dikaruniai seorang anak. Dan mulailah kanan kiri berbisik-bisik: “kok belum punya anak juga ya, masalahnya di siapa ya? Suaminya atau istrinya ya?”. Dari berbisik-bisik, akhirnya menjadi berisik.
Tanpa sepengetahuan siapa pun, suami istri itu pergi ke salah seorang dokter untuk konsultasi, dan melakukan pemeriksaaan. Hasil lab mengatakan bahwa sang istri adalah seorang wanita yang mandul, sementara sang suami tidak ada masalah apa pun dan tidak ada harapan bagi sang istri untuk sembuh dalam arti tidak peluang baginya untuk hamil dan mempunyai anak.
Melihat hasil seperti itu, sang suami mengucapkan: ” inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, lalu menyambungnya dengan ucapan: Alhamdulillah. “
Sang suami seorang diri memasuki ruang dokter dengan membawa hasil lab dan sama sekali tidak memberitahu istrinya dan membiarkan sang istri menunggu di ruang tunggu perempuan yang terpisah dari kaum laki-laki.

Sang suami berkata kepada sang dokter: “Saya akan panggil istri saya untuk masuk ruangan, akan tetapi, tolong, nanti anda jelaskan kepada istri saya bahwa masalahnya ada di saya, sementara dia tidak ada masalah apa-apa.

Kontan saja sang dokter menolak dan terheran-heran. Akan tetapi sang suami terus memaksa sang dokter, akhirnya sang dokter setuju untuk mengatakan kepada sang istri bahwa masalah tidak datangnya keturunan ada pada sang suami dan bukan ada pada sang istri.
Sang suami memanggil sang istri yang telah lama menunggunya, dan tampak pada wajahnya kesedihan dan kemuraman. Lalu bersama sang istri ia memasuki ruang dokter. Maka sang dokter membuka amplop hasil lab, lalu membaca dan mentelaahnya, dan kemudian ia berkata: “… Oooh, kamu –wahai fulan- yang mandul, sementara istrimu tidak ada masalah, dan tidak ada harapan bagimu untuk sembuh.”
Mendengar pengumuman sang dokter, sang suami berkata : inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, dan terlihat pada raut wajahnya wajah seseorang yang menyerah kepada qadha dan qadar Allah Azza Wa Jalla.
Lalu pasangan suami istri itu pulang ke rumahnya, dan secara perlahan namun pasti, tersebarlah berita tentang rahasia tersebut ke para tetangga, kerabat dan sanak saudara.
Lima (5) tahun berlalu dari peristiwa tersebut dan sepasang suami istri bersabar, sampai akhirnya datanglah detik-detik yang sangat menegangkan, di mana sang istri berkata kepada suaminya: “Wahai fulan, saya telah bersabar selama Sembilan (9) tahun, saya tahan-tahan untuk bersabar dan tidak meminta cerai darimu, dan selama ini semua orang berkata:” betapa baik dan shalihah-nya sang istri itu yang terus setia mendampingi suaminya selama Sembilan tahun, padahal dia tahu kalau dari suaminya, ia tidak akan memperoleh keturunan”. Namun, sekarang rasanya saya sudah tidak bisa bersabar lagi, saya ingin agar engkau segera menceraikan saya, agar saya bisa menikah dengan lelaki lain dan mempunyai keturunan darinya, sehingga saya bisa melihat anak-anakku, menimangnya dan mengasuhnya. “
Mendengar emosi sang istri yang memuncak, sang suami berkata : “ istriku, ini cobaan dari Allah Azza Wa Jalla, kita mesti bersabar, kita mesti …, mesti … dan mesti …”. Singkatnya, bagi sang istri, suaminya malah berceramah di hadapannya.
Akhirnya sang istri berkata: “ OK, saya akan tahan kesabaranku satu tahun lagi, ingat, hanya satu tahun, tidak lebih”.
Sang suami setuju, dan dalam dirinya, dipenuhi harapan besar, semoga Allah Azza Wa Jalla memberi jalan keluar yang terbaik bagi keduanya.
Beberapa hari kemudian, tiba-tiba sang istri jatuh sakit, dan hasil lab mengatakan bahwa sang istri mengalami gagal ginjal.

Mendengar keterangan tersebut, jatuhnya psikologis sang istri, dan mulailah memuncak emosinya. Ia berkata kepada suaminya: “Semua ini gara-gara kamu, selama ini aku menahan kesabaranku, dan jadilah sekarang aku seperti ini, kenapa selama ini kamu tidak segera menceraikan saya, saya kan ingin punya anak, saya ingin memomong dan menimang bayi, saya kan … saya kan …”.

Sang istri pun bad rest di rumah sakit.
Di saat yang genting itu, tiba-tiba suaminya berkata: “Maaf, saya ada tugas keluar negeri, dan saya berharap semoga engkau baik-baik saja”.
Haah, pergi?”. Kata sang istri.
Ya, saya akan pergi karena tugas dan sekalian mencari donatur ginjal, semoga dapat”. Kata sang suami.
Sehari sebelum operasi, datanglah sang donatur ke tempat pembaringan sang istri. Maka disepakatilah bahwa besok akan dilakukan operasi pemasangan ginjal dari sang donatur.
Saat itu sang istri teringat suaminya yang pergi, ia berkata dalam dirinya: “Suami apa an dia itu, istrinya operasi, eh dia malah pergi meninggalkan diriku terkapar dalam ruang bedah operasi”.
Operasi berhasil dengan sangat baik. Setelah satu pekan, suaminya datang, dan tampaklah pada wajahnya tanda-tanda orang yang kelelahan.
Ketahuilah bahwa sang donatur itu tidak ada lain orang melainkan sang suami itu sendiri. Ya, suaminya telah menghibahkan satu ginjalnya untuk istrinya, tanpa sepengetahuan sang istri, tetangga dan siapa pun selain dokter yang dipesannya agar menutup rapat rahasia tersebut.

Dan subhanallah …

Setelah Sembilan (9) bulan dari operasi itu, sang istri melahirkan anak. Maka bergembiralah suami istri tersebut, keluarga besar dan para tetangga.

Suasana rumah tangga kembali normal, dan sang suami telah menyelesaikan studi S2 dan S3-nya di sebuah fakultas syari’ah dan telah bekerja sebagai seorang panitera di sebuah pengadilan di Jeddah. Ia pun telah menyelesaikan hafalan Al-Qur’an dan mendapatkan sanad dengan riwayat Hafs, dari ‘Ashim.

Pada suatu hari, sang suami ada tugas dinas jauh, dan ia lupa menyimpan buku hariannya dari atas meja, buku harian yang selama ini ia sembunyikan. Dan tanpa sengaja, sang istri mendapatkan buku harian tersebut, membuka-bukanya dan membacanya.

Hampir saja ia terjatuh pingsan saat menemukan rahasia tentang diri dan rumah tangganya. Ia menangis meraung-raung. Setelah agak reda, ia menelpon suaminya, dan menangis sejadi-jadinya, ia berkali-kali mengulang permohonan maaf dari suaminya. Sang suami hanya dapat membalas suara telpon istrinya dengan menangis pula.

Dan setelah peristiwa tersebut, selama tiga bulanan, sang istri tidak berani menatap wajah suaminya. Jika ada keperluan, ia berbicara dengan menundukkan mukanya, tidak ada kekuatan untuk memandangnya sama sekali.
(Diterjemahkan dari kisah yang dituturkan oleh teman tokoh cerita ini, yang kemudian ia tulis dalam email dan disebarkan kepada kawan-kawannya)
( blog ahmadbinhanbal )

Sabtu, 10 November 2012

renungan

MILITANSI TANPA BATAS !!!!!!!!!

Ketika aku masih muda dan bebas berkhayal
Aku bermimpi ingin mengubah dunia
Seiring dengan bertambahnya usia dan kearifanku
Kudapati bahwa dunia tidak kunjung berubah

Maka cita-cita itu pun agak kupersempit
Lalu kuputuskan untuk hanya mengubah negeriku
...
Namun tampaknya
Hasrat itu pun tiada hasilnya

Ketika usiaku semakin senja
Dengan semangatku yang masih tersisa
Kuputuskan untuk mengubah keluargaku
Orang-orang yang paling dekat denganku…

Tetapi celakanya
Mereka pun tidak mau diubah !

Dan kini
Sementara aku berbaring saat ajal menjelang
Tiba-tiba kusadari……

Andaikan yang pertama-tama kuubah adalah diriku
Maka dengan menjadikan diriku sebagai panutan
Mungkin aku bisa mengubah keluargaku

Lalu berkat inspirasi dan dorongan mereka
Bisa jadi aku pun mampu memperbaiki negeriku

Kemudian siapa tahu
Aku bahkan bisa mengubah dunia

Ah…
Penyesalan menjelang ajal tiada guna

Tapi penyesalanku ini
Bisa menjadi pelajaran berharga bagimu
Yang membaca
Dan menerapkannya dalam kehidupan

Ubahlah dirimu sendiri dulu teman…
Dan dunia akan berubah…


[Terukir di sebuah makam di Westminster Abbey, Inggris, 1100 M.
Sebuah Puisi yang Ditulis Oleh Seorang Anglican Arch Bishop]


Hmm...habis browsing2 bentar, eh nemu tulisan di atas.Kalo dia yang gak 'ngaji' aja sudah memahami tahapan-tahapannya, bagaimana dengan KITA? [Just uneg-uneg]

Biarkan aku mengingatkanmu sekali lagi wahai DIRI,

jika da'wah adalah PILIHAN, maka ijinkan hati ini MEMILIHNYA. Jika da'wah adalah KEWAJIBAN, maka KUATKAN kami menjalaninya. Jika da'wah adalah KECINTAAN, maka IKHLASKAN kami merasakannya. Jika da'wah adalah NADA dalam hidup, maka ijinkan kami memainkan iramanya. Jika da'wah adalah badai KESUILTAN, maka kuatkan kami untuk bisa BERTAHAN. Jika kemenangan da'wah adalah TADHIYAH dan THO'AT, maka ilhamkan semuanya pada jiwa ini ...............Aku ingin berlari, tanpa ingin berhenti...................


Saat AMANAH menuntut TANGGUNG JAWAB, TANGGUNG JAWAB menuntut AMALAN. AMALAN menuntut PERJUANGAN. PERJUANGAN menuntut PENGORBANAN. PENGORBANAN menuntut KEIKHLASAN. Maka, SIAPKANLAH!!!
.....................MILITANSI TANPA BATAS!!!!

Alloh, berapa lama lagi aku bisa bertahan...
Bukan sekedar bertahan hidup lebih lama,
....tetapi bertahan hidup lebih lama dalam keimanan, dalam da'wah...

Jaga aku ya Alloh...jaga aku...

(muhasabah untuk diri sendiri)
Reported:Carissa Fauziah Zahira
See More