Minggu, 28 April 2013

Metode Menghafal Al Qur'an

Written By Admin on Selasa, 28 Agustus 2012 | 05.02


Pendahuluan


Ada 3 prinsip (Three P) yang harus difungsikan oleh ikhwan/akhwat kapan dan dimana saja berada sebagai sarana pendukung keberhasilan dalam menghafal al qur’an. 3P (Three P) tersebut adalah:


1. Persiapan (Isti’dad)


Kewajiban utama penghafal al-qur’an adalah ia harus menghafalkan setiap harinya minimal satu halaman dengan tepat dan benar dengan memilih waktu yang tepat untuk menghafal seperti:

a. Sebelum tidur malam lakukan persiapan terlebih dahulu dengan membaca dan menghafal satu halaman secara grambyangan (jangan langsung dihafal secara mendalam).

b. Setelah bangun tidur hafalkan satu halaman tersebut dengan hafalan yang mendalam dengan tenang lagi konsentrasi

c. Ulangi terus hafalan tersebut (satu halaman) sampai benar-benar hafal diluar kepala


2. Pengesahan (Tashih/setor)


Setelah dilakukan persiapan secara matang dengan selalu mengingat-ingat satu halaman tersebut, berikutnya tashihkan (setorkan) hafalan antum kepada ustad/ustadzah. Setiap kesalahan yang telah ditunjukkan oleh ustad, hendaknya penghafal melakukan hal-hal berikut:

a. Memberi tanda kesalahan dengan mencatatnya (dibawah atau diatas huruf yang lupa)

b. Mengulang kesalahan sampai dianggap benar uoleh ustad.

c. Bersabar untuk tidak menambah materi dan hafalan baru kecuali materi dan hafalan lama benar-benar sudah dikuasai dan disahkan


3. Pengulangan (Muroja’ah/Penjagaan)


Setelah setor jangan meninggalkan tempat (majlis) untuk pulang sebelum hafalan yang telah disetorkan diulang beberapa kali terlebih dahulu (sesuai dengan anjuran ustad/ustadzah) sampai ustad benar-benar mengijinkannya


II. Syarat Utama Untuk Memudahkan Hafalan



1. Beriman dan bertaqwa kepada Allah.

2. Berniat mendekatkan diri kepada Allah dengan menjadi hamba-hamba pilihanNya yang menjaga al-qur’an.

3. Istiqomah sampai ajal musamma.

4. Menguasai bacaan al-qur’an dengan benar (tajwid dan makharij al huruf).

5. Adanya seorang pembimbing dari ustad/ustadzah (al-hafidz/al-hafidzah).

6. Minimal sudah pernah khatam al-qur’an 20 kali (dengan membaca setiap ayat 5 kali).

7. Gunakan satu jenis mushaf al-qur’an (al-qur’an pojok).

8. Menggunakan pensil/bolpen/stabilo sebagai pembantu.

9. Memahami ayat yang akan dihafal


III. Macam-macam Metode Menghafal



A. Sistem Fardhi


Ikuti langkah ini dengan tartib (urut):

1. Tenang dan tersenyumlah, jangan tegang.

2. Bacalah ayat yang akan dihafal hingga terbayang dengan jelas kedalam pikiran dan hati.

3. Hafalkan ayat tersebut dengan menghafalkan bentuk tulisan huruf-huruf dan tempat-tempatnya.

4. Setelah itu pejamkan kedua mata dan.

5. Bacalah dengan suara pelan lagi konsentrasi (posisi mata tetap terpejam dan santai).

6. Kemudian baca ayat tersebut dengan suara keras (posisimata tetap terpejam dan jangan tergesa-gesa).

7. Ulangi sampai 3x atau sampai benar-benar hafal.

8. Beri tanda pada kalimat yang dianggap sulit dan bermasalah (garis bawah/distabilo).

9. Jangan pindah kepada hafalan baru sebelum hafalan lama sudah menjadi kuat.


Penggabungan ayat-ayat yang sudah dihafal

Setelah anda hafal ayat pertama dan kedua jangan pindah kepada ayat ketiga akan tetapi harus digabungkan terlebih dahulu antara keduanya dengan mengikuti langkah-langkah berikut ini:

1. Bacalah ayat pertama dan kedua sekaligus dengan suara pelan lagi konsentrasi.

2. Kemudian bacalah keduanya dengan suara keras lagi konsentrasi dan tenang.

3. Ulangi kedua ayat tersebut minimal 3x sehingga hafalan benar-benar kuat.

Begitulah seterusnya, pada tiap-iap dua tambahan ayat baru harus digabungkan dengan ayat sebelumnya sehingga terjadi kesinambungan hafalan.

4. Mengulang dari ayat belakang ke depan. Dan dari depan ke belakang.

5. Semuanya dibaca dengan suara hati terlebih dahulu kemudian dengan suara keras (mata dalam keadaan tertutup).

6. Begitu seterusnya. Setiap mendapatkan hafalan baru, harus digabungkan dengan ayat/halaman/juz sebelumya.


B. Sistem Jama’i.


Sistem ini menggunakan metode baca bersama, yaitu dua/tiga orang (partnernya) membaca hafalan bersama-sama secara jahri (keras) dengan:

a. Bersama-sama baca keras.

b. Bergantian membaca ayat-an dengan jahri. Keika partnernya membaca jahr dia harus membaca khafi (pelan) begitulah seterusnya dengan gantian.
Sistem ini dalam satu majlis diikuti oleh maksimal 12 peserta, dan minimal 2 peserta. Settingannya sebagai berikut:

a. Persiapan:

1. Peserta mengambil tempat duduk mengitari ustad/ustadzah.

2. Ustad/ustadzah menetapkan partner bagi masing-masing peserta.

3. Masing-masing pasangan menghafalkan bersama partnernya sayat baru dan lama sesuai dengan instruksi ustad/ustadzah.

4. Setiap pasangan maju bergiliran menghadap ustad/ustadzah untuk setor halaman baru dan muroja’ah hafalan lama.

b. Setoran ke ustad/ ustadzah:

1. Muroja’ah: 5 halaman dibaca dengan sistem syst-an (sistem gantian). Muroja’ah dimulai dari halaman belakang (halaman baru) kearah halaman lama.

2. Setor hafalan baru:

a. Membaca seluruh ayat-ayat yang baru dihafal secara bersama-sama.

b. Bergiliran baca (ayatan) dengan dua putaran. Putaran pertama dimulai dari yang duduk disebelah kanan dan putaran kedua dimulai dari sebelah kiri.

c. Membaca bersama-sama lagi, hafalan baru yang telah dibaca secara bergantian tadi.

3. Muroja’ah tes juz 1, dengan sistem acakan (2-3x soal). Dibaca bergiliran oleh masing-masing pasangan. Ketika peserta sendirian tidak punya partner, atau partnernya sedang berhalangan
hadir, maka ustad wajib menggabungkannya dengan kelompok lain yang kebetulan juz,
halaman dan urutannya sama, jika hafalannya tidak sama dengan kelompok lain maka ustad hendaknya menunjuk salah seorang peserta yang berkemampuan untuk suka rela menemani.

c. Muroja’ah ditempat:

1. Kembali ketempat semula.

2. Mengulang bersama-sama seluruh bacaan yang disetorkan baik muroja’ah maupun hafalan baru, dengan sistem yang sama dengan setoran.

3. Menambah hafalan baru bersama-sama untuk disetorkan pada pertemuan berikutnya.

4. Jangan tinggalkan majlis sebelum mendapat izin ustad/ustadzah.


IV. Keistimewaan sistem jama’i


1. Cepat menguasai bacaan al-qur’an dengan benar.

2. Menghilangkan perasaan grogi dan tidak PD ketika baca al-qur’an didepan orang lain.

3. Melatih diri agar tidak gampang tergesa-gesa dalam membaca.

4. Mengurangi beban berat menghafal al-qur’an.

5. Melatih untuk menjadi guru dan murid yang baik.

6. Menguatkan hafalan lama dan baru.

7. Semangat muroja’ah dan menambah hafalan baru.

8. Meringankan beban ustad.

9. Kesibukannya selalu termotivasi dengan al-qur’an.

10. Mampu berda’wah dengan hikmah wa al-mau’idhah al-hasanah.

11. Siap untuk dites dengan sistem acakan.

12. Siap menjadi hamba-hamba Allah yang berlomba menuju kebaikan.


V. Jaminan


1. Hafalan al-qur’an lanyah dan lancar dalam masa tempo yang sesingkat-singkatnya. (perlu bukti, admin imm).

2. Sukses dan bahagia di dunia dan akhirat.

3. Pilihan Allah dan memperoleh surga ‘adn diakhirat nanti (surah fatir:23-24)


VI. Metode Muroja’ah (Pengulangan dan penjagaan fardhi atau jama’i)


Ayat-ayat al-qur’an hanya akan tetap bersemayam didalam hati utu al-‘ilm jika ayat-ayat yang dihafal selalu diingat, diulang dan dimuroja’ah.

Berikut ini cara muroja’ah:

1. Setelah hafal setengah juz/satu juz, harus mampu membaca sendiri didepan ustad/ustadzah dan penampilan.

2. Setiap hari membaca dengan suara pelan 2 juz. Membaca dengan suara keras (tartil) minimal 2 juz setiap hari.

3. Simakkan minimal setengah juz setiap hari kepada teman/murid/jama’ah/istri/
suami dst.

4. Ketika lupa dalam muroja’ah maka lakukan berikut ini:

• Jangan langsung melihat mushaf, tapi usahakan mengingat-ingat terlebih dahulu.

• Ketika tidak lagi mampu mengingat-ingat, maka silahkan melihat mushaf
dan,

• Catat penyebab kesalahan. Jika kesalahan terletak karena lupa maka berilah tanda garis bawah. Jika kesalahan terletak karena faktor ayat mutasyabihat (serupa dengan ayat lain) maka tulislah nama surat/no./juz ayat yang serupa itu di halaman pinggir (hasyiyah).

Jumat, 12 April 2013

American Dogs Abusing Muslim women.flv

Perlakuan Biadab dan Pelecehan Tentara Amerika Terhadap Wanita Muslimah


Kemanakah suara ulama-ulama sû’ (Ulama-ulama Pemerintah yang jahat, -ed), yang tidak pernah kami dengar suaranya selain ketika mencela para mujahidin? Di mana mereka ketika kehormatan para muslimat membutuhkan perlindungan? Duh, kalaulah mereka tidak mau membela karena semangat agama, mengapa mereka tidak merasa merasa cemburu akan kehormatan (yang dilecehkan)? Kalaulah mereka tidak tertarik dengan pahala ketika perang berkecamuk, mengapakah mereka tidak mendatanginya walau demi mendapatkan harta ghanimah?
Kami sambut seruanmu, wahai ibunda. Kami sambut seruanmu, wahai saudariku. Kami sambut panggilan kalian, wahai wanita-wanita suci dan terjaga kehormatannya. Demi Allah, kami takkan merasa hidup tenang, mata kami tidak akan bisa terpejam, dan pedang kami tak akan tersarungkan, sebelum kami balaskan kehormatan kalian yang dilecehkan. Dan kami berjanji kepada Allah, hai “anjing Rum”, Bush, bahwa kamu tidak akan merasakan hidup tenang dan tentaramu tidak hidup nyaman dan tidur nyenyak selagi masih ada dalam diri kami urat yang bergerak dan jantung yang berdetak. Sungguh, kami telah datang… dengan pertolongan Allah, kami telah datang… 
Wahai singa-singa tauhid di negeri Dua Aliran Sungai (Irak, -ed) yang tercinta, kuizinkan kepada kalian, jika seruanku ini sampai kalian, untuk tidak melewatkan satu malam pun melainkan pedang-pedang kalian berlumurkan darah musuh-musuh kalian. Lakukanlah itu secara berulang-ulang. Berdirilah satu barisan. Sungguh, tak ada artinya hidup ketika kehormatan kita dilecehkan, kemuliaan saudari-saudari kita dihinakan, dan ketika kita diperbudak oleh para penyembah salib. Dan jadikanlah Ghazwah (Serangan) Pembalasan, Ghazwah (Syaikh) Abu Anas Al-Syami, sebagai era baru untuk membuka kemanangan-kemenangan baru, dengan izin Allah.
Wahai pasukan Isytisyhadiyah (Bom Syahid. –ed), majulah dengan barakah Allah. Jangan biarkan ada satu pun rombongan kafilah musuh yang lewat begitu saja. Jangan sisakan tembok untuk mereka berlindung. Ubahlah malam mereka menjadi siang, dan kesejukan mereka menjadi kobaran api!!! 
Puncak agama paling utama adalah jihad… Maka marilah kita berjihad, atau kalau tidak akhiri saja hidup kita…
Ya Allah, Dzat Yang menurunkan Kitab, Yang Maha Cepat perhitungannya, Yang menggerakkan awan, kalahkanlah pasukan koalisi… Ya Allah, kalahkanlah mereka dan guncangkanlah mereka…
“Dan Allah Maha Menang atas urusan-Nya akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengerti”. (Qs. Yusuf : 21)
Syaikh Abu Mush’ab Az-Zarqawi -rahimahullah-

http://www.acehloensayang.com/2012/01/perlakuan-biadab-dan-pelecehan-tentara.html

Kamis, 04 April 2013

"Momentum Kepahlawanan"



"Momentum Kepahlawanan"

Seseorang tidak menjadi pahlawan karena ia melakukan pekerjaan-pekerjaan kepahlawanan sepanjang hidupnya. Kepahlawanan seseorang biasanya mempunyai momentumnya. Ada potongan waktu tertentu dalam hidup seseorang dimana anasir (unsur-unsur -ed) kepahlawanan menyatu padu. Saat itulah ia tersejarahkan.
Akan tetapi, kita tidak mengetahui kapan datangnya momentum itu. Yaitu, kematangan pribadi dan peluang sejarah. Simaklah firman Allah SWT, “Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya, Kami berikan kepadanya hikmah (kenabian) dan pengetahuan....” (Al-Qashash: 14)
Usaha manusiawi yang dapat kita lakukan adalah mempercepat saat-saat kematangan pribadi kita. Ini jenis kerja kapitalisasi asset kesejarahan personal kita. Yang kita lakukan di sini adalah mengumpulkan sebanyak mungkin potensi dalam diri kita, mengolahnya, dan kemudian mengkristalisasikannya. Dengan cara ini, kita memperluas “ruangan keserbamungkinan” dan sedikitnya membantu kita menciptakan peluang sejarah. Atau, setidaknya mengantar kita untuk berdiri dipintu gerbang sejarah.
Para pahlawan mukmin sejati tidak pernah mempersoalkan secara berlebihan masalah peluang sejarah. Kematangan pribadi seperti modal dalam infestasi. Seperti apapun baiknya peluang anda, hal itu tidak berguna jika pada dasarnya Anda memang tidak punya modal. Peluang sejarah hanyalah ledakan keharmonisan dari kematangan yang terabaikan. Seperti keharmonisan antara pedang dan keberanian dalan medan perang, antara kecerdasan dan pendidikan formal dalam dunia ilmu pengetahuan. Akan tetapi, anda harus memilih salah satunya, maka pilihlah keberanian tanpa pedang dalam perang, atau kecerdasan tanpa pendidikan formal dalam ilmu. Selebihnya, biarlah itu menjadi wilayah takdir dimana anda mengharap datangnya sentuhan keberuntungan.
Kesadaran semacam ini mempunyai dampak karakter yang sangat mendasar. Para pahlawan mukmin sejati bukanlah pemimpi di siang bolong, atau orang-orang yang berdoa dalam kekosongan dan ketidakberdayaan. Mereka adalah para petani yang berdoa ditengah sawah, para pedagang yang berdoa ditengah kecamuk perang. Mereka mempunyai mimpi besar, tetapi pikiran mereka tercurahkan sepenuhnya pada kerja. Sekali-kali mereka menatap langit untuk menyegarkan ingatan pada misi mereka. Namun, setelah itu mereka menyeka keringat dan kembali bekerja kembali.
Wilayah kerja adalah lingkungan realitas, sedangkan wilayah peluang adalah ruang keserbamungkinan. Semakin luas pijakan kaki kita dalam lingkaran kenyataan, semakin besar kemungkinan menjadi kepastian, mengubah peluang menjadi pekerjaan, mengubah mimpi menjadi kenyataan.
Berjalanlah dengan mantap menuju rumah sejarah. Jika engkau sudah sampai di depan pintu gerbangnya, ketuklah pintunya dan bacakan pada penjaganya puisi Chairil Anwar:

Aku
kalau sampai waktuku
ku mau tak seorang kan merayu
tidak juga kau ….


Anis Matta
'Soekarno Muda' Presiden PKS